DENPASAR —
Pemerintah provinsi Bali menjadikan hari raya Nyepi sebagai salah satu aksi nyata dalam upaya penyelamatan lingkungan, mengingat rangkaian aktivitas selama Nyepi atau Catur Brata Penyepian yaitu Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak melakukan aktivitas), Amati Lelungan (tidak bepergian dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang).
Asisten II Gubernur Bali Bidang Ekonomi dan Pembangunan I Ketut Wija mengatakan konsep Nyepi memiliki nilai-nilai positif dalam upaya penyelamatan alam, kebersihan udara dan pengendalian pencemaran lingkungan. Konsep Nyepi juga sangat sejalan dengan target Bali sebagai provinsi hijau, ujarnya, apalagi karena masyarakat Bali menghentikan seluruh aktivitasnya sehingga memberi kesempatan bagi alam untuk melakukan rehabilitasi.
“Memberikan kepada Bumi kita sehari atau 24 jam untuk lebih bernafas bebas tanpa dicampuri oleh polusi. Jadi 24 jam bumi kita bersih, bumi kita bernafas dengan lega, tidak dicampuri oleh CO2, tidak dicampuri oleh zat-zat kimia. Saya kira ini suatu hal yang positif,” ujar Ketut Wija di Denpasa, Jumat (8/3).
Ia berharap konsep Nyepi dapat menjadi contoh bagi negara-negara di dunia dalam upaya penyelamatan lingkungan. Menurutnya, konsep Nyepi juga dapat diadopsi oleh negara-negara di dunia sesuai dengan karakter budaya masing-masing negara.
Juru Bicara Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim Kadek Lisa Ismiandewi mengatakan berdasarkan hasil pemantauan lembaganya, pelaksanaan Nyepi mampu mengurangi emisi dari sektor transportasi laut dan udara mencapai 20.000 ton
“Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim melakukan penelitian di pelabuhan dan juga bandar udara, waktu itu di Padang Bay, Gilimanuk dan Ngurah Rai. Data yang muncul waktu itu, pengurangan emisi pada saat Nyepi waktu itu 20.000 ton, belum termasuk listriknya. Dan itu baru sektor transportasi,” ujar Lisa.
Pada tahun ini pelaksanaan Nyepi jatuh pada Selasa, 12 Maret. Selama 24 jam seluruh aktivitas di Bali dihentikan pada saat Nyepi termasuk penghentian aktivitas penerbangan hingga siaran radio dan televisi.
Asisten II Gubernur Bali Bidang Ekonomi dan Pembangunan I Ketut Wija mengatakan konsep Nyepi memiliki nilai-nilai positif dalam upaya penyelamatan alam, kebersihan udara dan pengendalian pencemaran lingkungan. Konsep Nyepi juga sangat sejalan dengan target Bali sebagai provinsi hijau, ujarnya, apalagi karena masyarakat Bali menghentikan seluruh aktivitasnya sehingga memberi kesempatan bagi alam untuk melakukan rehabilitasi.
“Memberikan kepada Bumi kita sehari atau 24 jam untuk lebih bernafas bebas tanpa dicampuri oleh polusi. Jadi 24 jam bumi kita bersih, bumi kita bernafas dengan lega, tidak dicampuri oleh CO2, tidak dicampuri oleh zat-zat kimia. Saya kira ini suatu hal yang positif,” ujar Ketut Wija di Denpasa, Jumat (8/3).
Ia berharap konsep Nyepi dapat menjadi contoh bagi negara-negara di dunia dalam upaya penyelamatan lingkungan. Menurutnya, konsep Nyepi juga dapat diadopsi oleh negara-negara di dunia sesuai dengan karakter budaya masing-masing negara.
Juru Bicara Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim Kadek Lisa Ismiandewi mengatakan berdasarkan hasil pemantauan lembaganya, pelaksanaan Nyepi mampu mengurangi emisi dari sektor transportasi laut dan udara mencapai 20.000 ton
“Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim melakukan penelitian di pelabuhan dan juga bandar udara, waktu itu di Padang Bay, Gilimanuk dan Ngurah Rai. Data yang muncul waktu itu, pengurangan emisi pada saat Nyepi waktu itu 20.000 ton, belum termasuk listriknya. Dan itu baru sektor transportasi,” ujar Lisa.
Pada tahun ini pelaksanaan Nyepi jatuh pada Selasa, 12 Maret. Selama 24 jam seluruh aktivitas di Bali dihentikan pada saat Nyepi termasuk penghentian aktivitas penerbangan hingga siaran radio dan televisi.