Hujan deras memaksa sistem kereta bawah tanah di Zhengzhou, ibu kota Provinsi Henan China, ditutup pada Selasa (20/7) yang mengakibatkan para penumpang terlantar.
Para penumpang mengunggah video di media sosial selagi mereka menunggu tim SAR di air berlumpur setinggi pinggang. Seorang penumpang bernama Xiaopei mengunggah di Weibo bahwa “air di kereta telah mencapai dada (mereka).”
Sejauh ini sekitar 300 orang telah diselamatkan, tetapi belum diketahui berapa banyak lagi yang masih terperangkap.
Berbagai saluran media lokal melaporkan bahwa banjir mulai surut.
Provinsi Henan, yang berpenduduk sekitar 94 juta orang, mengalami hujan lebat selama seminggu terakhir. Kantor berita Reuters melaporkan bahwa pada Selasa (20/7), stasiun meteorologi kawasan mengeluarkan tingkat siaga tertinggi, peringatan berwarna merah, karena hujan diperkirakan akan berlanjut selama 24 jam ke depan.
Peristiwa-peristiwa cuaca ekstrem telah melonjak selama musim panas ini di China, dengan banjir baru-baru ini di Provinsi Sichuan yang menewaskan ratusan warga dan memaksa ribuan orang mengungsi dari daerah tersebut.
Pejabat Greenpeace International, sebuah kelompok lingkungan, memperingatkan bahwa urbanisasi yang cepat di China akan meningkatkan frekuensi bencana alam terkait iklim.
Berbicara kepada media China, Liu Junyan dari Greenpeace mengatakan “karena populasi, infrastruktur dan kegiatan ekonomi yang sangat terkonsentrasi, paparan dan kerentanan bahaya iklim lebih tinggi di daerah perkotaan.” [lt/em]