“Venesia bertekuk lutut,” ujar Wali Kota Luigi Brugnaro ketika kota laguna itu dilanda banjir akibat gelombang pasang tertinggi dalam lima puluh tahun.
Brugnaro, Rabu (13/11), menyatakan keadaan darurat ketika 85 persen wilayah kota itu dilanda banjir.
Ketinggian air pada Selasa (12/11) mencapai 1,87 meter di atas permukaan laut rata-rata, tertinggi kedua yang pernah dicatat di kota itu, dan hanya tujuh sentimeter di bawah banjir bersejarah pada 1966.
Angin kencang dan badai diperkirakan akan membuat semakin banyak daerah yang terendam banjir pada Kamis (14/11).
Otorita berwenang mengatakan seorang laki-laki berusia 70 tahun meninggal akibat tersengat arus listrik ketika berupaya mulai memompa rumahnya di Pulau Pellestrina.
Ruang bawah tanah Basilika Santo Markus yang ikonik terendam banjir untuk keenam kalinya dalam 1.200 tahun.
Dalam konferensi pers pada Rabu (13/11), Brugnaro mengatakan dibutuhkan biaya ratusan juta euro untuk memperbaiki kerusakan di seluruh kota tua itu. Ditambahkannya, “kerusakan yang terjadi sangat besar.”
Sejumlah tempat wisata terkenal seperti St. Mark’s Square and Le Fenice Opera House juga terendam beberapa meter.
Pada musim dingin, ketika angin kencang mendorong air dari Laut Adriatik Utara, kota Venesia yang terkenal dengan labirin kanal ini kerap mengalami banjir pasang yang parah, yang dikenal sebagai acqua alta.
Brugnaro menilai perubahan iklim terus memperburuk banjir yang melanda kotanya. Ia dan beberapa pejabat lain menyerukan agar proyek pembangunan penghalang lepas pantai, yang sudah lama tertunda, dapat segera diselesaikan. Pembangunan sistem perlindungan dari banjir, yang dikenal dengan singkatan MOSE, itu telah beberapa kali tertunda karena skandal korupsi dan membengkaknya biaya. [em/pp]