Afghanistan dapat menghindari keruntuhan ekonomi hanya bila menerima bantuan internasional dan hanya bila pemerintahan Taliban menghormati hak asasi manusia dan manajemen keuangan yang “sehat”, kata Bank Dunia pada Rabu (13/4).
“Jalan alternatif itu mungkin,” kata lembaga pemberi pinjaman pembangunan yang bermarkas di Washington itu dalam sebuah pernyataan, merujuk pada sektor pertanian dan sumber daya alam Afghanistan, penduduk usia muda dan perbaikan situasi keamanan.
“Tapi untuk bergerak maju, jalur ini mensyaratkan diambilnya langkah-langkah baik oleh komunitas internasional maupun pemerintahan sementara Taliban,” kata Bank Dunia.
Di antara para donor, “ada harapan bahwa pemerintahan sementara Taliban mematuhi standar dasar perlakuan terhadap perempuan dan anak perempuan, menghormati hak asasi manusia, dan manajemen ekonomi yang baik.”
Sejak mengambil alih kekuasaan Agustus 2021, Taliban telah mengingkari komitmennya untuk tidak memerintah seperti masa pemerintahan mereka pada periode 1996-2001 yang sarat dengan aturan keras.
Akhir bulan lalu, Taliban juga membatalkan keputusan mereka untuk mengizinkan anak-anak perempuan belajar di sekolah menengah.
Negara itu juga mengalami krisis ekonomi yang serius setelah sejumlah negara membekukan aset Afghanistan yang disimpan di luar negeri dan menghentikan aliran bantuan, meski sebagian bantuan telah dipulihkan.
Bank Dunia memperingatkan bahwa “dengan kondisi saat ini, prospek ekonomi Afghanistan mengerikan,” dan memperkirakan PDB per kapita Afghanistan pada akhir tahun ini akan turun 30 persen dibandingkan dengan tahun 2020, sementara pendapatan per kapitanya diperkirakan turun sepertiga pada bulan-bulan terakhir tahun lalu.
“Ekonomi Afghanistan tidak akan tumbuh cukup cepat untuk memperbaiki mata pencaharian atau memunculkan lapangan pekerjaan bagi 600.000 warga Afghanistan yang mencapai usia kerja setiap tahunnya,” menurut bank tersebut. [rd/em]