Pesawat penumpang Trigana Air Service yang hilang dua hari lalu, hancur lebur ketika menabrak gunung, menewaskan ke-54 orang di dalamnya, menurut tim pencarian dan penyelamatan (SAR).
Para penyelamat baru dapat mencapai lokasi jatuhnya pesawat Selasa pagi (18/8) setelah terhambat daerah hutan dan cuaca buruk.
"Pesawat betul-betul hancur dan semua jenazah terbakar dan sulit diidentifikasi," ujar kepala Badan SAR Nasional Henry Bambang Soelistyo kepada kantor berita Associated Press. "Tidak ada peluang korban selamat."
Ia mengatakan sejauh ini 53 jenazah telah ditemukan, dan semuanya akan dibawa ke Jayapura untuk diidentifikasi.
Henry mengatakan kotak hitam pesawat juga telah ditemukan. Kotak hitam tersebut berisi data operasi pesawat dan mungkin dapat memberi petunjuk mengenai penyebab kecelakaan tersebut.
Pesawat turboprop kembar ATR42-300 itu terbang dari Jayapura ke kota Oksibil, sekitar 280 kilometer dari ibukota Papua itu, ketika hilang kontak. Juru bicara Kementerian Perhubungan Julius Barata mengatakan tidak ada indikasi pilot telah membuat panggilan permintaan tolong.
Pesawat membawa 49 penumpang dan lima awak untuk penerbangan yang dijadwalkan berlangsung 42 menit. Lima anak-anak, termasuk dua bayi, ada di antara penumpang.
Reruntuhan pesawat Trigana Air Service yang berasap terlihat dari udara Senin pagi di daerah yang terjal di Papua, menurut pejabat SAR. Pihak berwenang mengatakan puing-puing pesawat terlihat sekitar 12 kilometer dari Oksibil.
Penumpang pesawat juga termasuk empat petugas kantor pos yang mengawal empat karung uang tunai sekitar Rp 6,5 miliar sebagai dana bantuan BBM, menurut kepala kantor pos Jayapura, Hartono.
Dana tunai tersebut berasal dari Kementerian Sosial untuk dibagikan kepada orang-orang miskin di daerah terpencil untuk meringankan beban kenaikan BBM, ujar Haryono.