Seorang jurnalis Pakistan telah dibebaskan dan pulang ke rumahnya, Rabu (22/7), satu hari setelah sekelompok orang berseragam militer mencegat mobilnya dan menculiknya di siang bolong. Penculikan tersebut memicu kecaman semua partai oposisi di Pakistan, aktivis-aktivis HAM, dan sejawat-sejawat jurnalis itu.
Jurnalis tersebut, Matiullah Jan, terkenal karena sering mengecam lembaga-lembaga berpengaruh di negara itu, termasuk militernya. Kepada Associated Press, Jan mengukuhkan telah dibebaskan namun menolak menceritakan rincian penculikan dan penahanan dirinya yang berlangsung sekitar 12 jam.
Aktivis-aktivis HAM menyambut pembebasan Jan seperti halnya Menteri Sains dan Teknologi Pakistan, Fawad Chaudhry, yang sebelumnya juga mengecam penculikan tersebut.
Pemerintah tidak membuat pernyataan apapun terkait insiden itu, dan tak satupun dinas intelijen Pakistan yang mengaku melakukan penculikan terhadap Jan.
Sebelum berkuasa, PM Imran Khan pernah berjanji akan menghentikan praktik penghilangan paksa oleh dinas-dnas intelijen dan bahkan berjanji akan mengundurkan diri bila tidak berhasil mengakhiri praktik itu.
Komisi HAM Pakistan, sebuah lembaga independen, Selasa, menuntut agar pemerintah menjamin keselamatan dan pembebasan segera Jan.
Pada 2018, Jan dijuluki tokoh antipemerintah oleh juru bicara militer ketika itu, Mayor Jenderal Asif Ghafoor. Jan menuding penindasan terhadap media-media Pakistan sebagai usaha sistematis militer dan dinas-dinas intelijennya untuk mempertahanankan kontrol mereka dengan memanfaatkan pemerintah Pakistan yang terpilih secara demokratis. [ab/uh]