Tautan-tautan Akses

Beethoven dan Ahok Siap Berpadu di Washington DC


Pianis Indonesia, Ananda Sukarlan tampil dalam sebuah pertunjukan. (Foto: courtesy)
Pianis Indonesia, Ananda Sukarlan tampil dalam sebuah pertunjukan. (Foto: courtesy)

Ulang tahun komposer dan pianis Jerman terkemuka Ludwig van Beethoven dan kebebasan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akan sama-sama dirayakan di Washington DC dengan refleksi mendalam atas berbagai isu genting yang masih menyelimuti dunia.  “No More Moonlight Over Jakarta” karya Ananda Sukarlan akan menjadi salah satu yang dipentaskan.

Perang, penindasan, ketidakadilan dan intoleransi adalah sebagian persoalan besar yang masih terus melilit dunia tahun 2019 ini. Dan pianis Amerika keturunan Israel Yael Weiss, yang dipuji banyak kalangan karena interpretasi musik yang unik dan pesan kuat yang kerap dihadirkan, berupaya merefleksikan persoalan-persoalan yang masih terus membayangi itu lewat musik.

Terinspirasi dengan 32 sonata karya pianis dan komposer Jerman Ludwig van Beethoven dan niat memeriahkan ulang tahunnya yang ke 250 tahun depan dengan cara yang berbeda, Yael Weiss mengajak 32 komposer dari berbagai belahan dunia untuk menulis satu komposisi yang dikaitkan dengan salah satu karya Beethoven dan peristiwa yang ada di negara masing-masing.

Di bawah payung “32 Bright Clouds” hadirlah 32 komposisi, antara lain dari Ghana, Suriah, Bhutan, Filipina, Iran, Venezuela, Turki, Yordania dan Indonesia. Pianis Indonesia Ananda Sukarlan yang diajak ikut serta dalam proyek ini menjelaskan komposisi yang ditulisnya.

"No More Moonlight Over Jakarta” karya Ananda Sukarlan akan menjadi salah satu yang dipentaskan. (Courtesy: Julie Putra)
"No More Moonlight Over Jakarta” karya Ananda Sukarlan akan menjadi salah satu yang dipentaskan. (Courtesy: Julie Putra)

“Organisasi itu meminta kepada setiap komponis untuk menghubungkan karya kami itu dengan salah satu salah satu karya Beethoven. Beethoven ini khan sudah menulis 32 karya sonata, salah satu diantaranya adalah “Moonlight Sonata” jadi saya menghubungkan komposisi saya dengan 'Moonlight Sonata'. Permintaan lain organisasi itu adalah agar karya kami menceritakan tentang kejadian atau hal-hal yang sedang terjadi di negara masing-masing. Waktu itu baru kejadian Ahok divonis, yang menurut saya sangat menyedihkan. Saya bahkan menilainya sebagai sejarah paling hitam di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Jadi saya menghubungkan karya saya itu dengan “Moonlight Sonata” dan judul karya saya adalah “No More Moonlight Over Jakarta” atau “Tiada Lagi Cahaya Purnama di Atas Jakarta.” Kata Cahaya Purnama adalah nama lengkap Koh Ahok,“ ungkap Ananda.

Sejumlah Komposer Angkat Isu Sosial

Pianis dan komposer Ananda Sukarlan (Foto: courtesy).
Pianis dan komposer Ananda Sukarlan (Foto: courtesy).

Selain Ananda Sukarlan, komposisi lain yang akan ditampilkan adalah “The Hunt for Peace” karya Malek Jandali asal Suriah, yang mendedikasikan komposisi itu bagi anak-anak Suriah dan perjuangan mereka meraih perdamaian. Ada pula “Hope for the Shackled” karya George Mensah Essilfie asal Ghana, yang menunjukkan keprihatinan akan gangguan psikotik dan terbelenggu, tanpa perhatian medis. Juga seorang komposer perempuan asal Iran, Aida Shirazi, yang menghadirkan “Apres” tentang persaudaraan, persatuan dan cinta.

“Kebanyakan dari mereka mengaitkannya bukan dengan tokoh, tetapi dengan kejadian. Misalnya ada komponis dari Suriah yang mengaitkan karyanya dengan situasi perang saudara disana, juga komponis dari negara-negara lain yang jarang terekspos dunia internasional dan kini tampil ke muka. Musik itu khan bisa menceritakan sejarah dan hal-hal yang tidak bisa diceritakan dengan kata-kata, lebih pada perasaan kita tentang yang akan terjadi,” imbuh Ananda.

Ulang Tahun Beethoven Dirayakan Setahun Penuh

Yael Weiss, pianis dan komposer yang menggagas konser ini. (Courtesy: YouTube screenshot)
Yael Weiss, pianis dan komposer yang menggagas konser ini. (Courtesy: YouTube screenshot)

Pianis dan komposer Yael Weiss yang menggagas konser ini telah menampilkan “32 Bright Clouds : Beethoven Conversations Around the World” ini di “Changwon International Music Festival” di Korea Selatan pada April lalu dan di Napa Valley California pada Agustus. Sambutan hangat publik membuat konser ini akan dilanjutkan pada tahun 2019, yaitu di Washington DC pada 24 Januari, di Ontario Kanada pada 26 Januari, Ann Arbor Michigan pada 15 Mei, di Bronxville New York pada 23-24 April, di St. Petersburg Florida pada 2 Juni dan di Havana Kuba pada 11 Juni.

Ananda Sukarlan Berharap Ahok Kembali Berjuang

Meskipun Ananda Sukarlan melihat karya dan konser ini bukan untuk merayakan, tetapi lebih sebagai ekspresi kesedihan dan refleksi apa yang terjadi, ia berharap besar pada mantan gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang pembebasannya bertepatan dengan konser di Washington DC 24 Januari nanti.

“Karya “No More Moonlight Over Jakarta” itu saya tulis karena kesedihan melihat Ahok dizolimi. Jadi ini bukan karya untuk merayakan, tetapi lebih sebagai ekspresi kesedihan saya... Saya berharap dengan ‘’dikalahkannya’’ Ahok, hal ini tidak sia-sia. Saya inginnya ia menjadi lambang dan pahlawan. Saya sangat berharap Ahok akan kembali ke dunia politik, atau sebagaimana yang disampaikannya ketika saya menjenguknya, di mana ia bilang “Konfusius mengatakan jika kita cinta negara, maka ketika negara memanggil dan membutuhkan, maka bukti cinta kita adalah memenuhi panggilan itu.’’ Menurut saya sih negara sangat membutuhkan Ahok, juga rakyatnya. Saya berharap selepas dari penjara ia akan berjuang lagi. Saya gak tahu apakah di luar politik beliau dapat berjuang seperti waktu itu, tapi saya yakin seyakin-yakinnya kalau ia tidak akan tinggal diam,” kata Ananda lagi.

Dinilai Menodai Agama, Ahok Divonis Dua Tahun pada 2017

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tiba di pengadilan untuk mendengarkan keputusan hakim atas kasus penistaan agama di Jakarta, Selasa (9/5).
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tiba di pengadilan untuk mendengarkan keputusan hakim atas kasus penistaan agama di Jakarta, Selasa (9/5).

​Basuki Tjahaya Purnama, atau yang akrab dikenal luas sebagai Ahok, divonis hukuman dua tahun penjara pada 9 Mei 2017 atas kasus penodaan agama. Sejumlah organisasi internasional menyampaikan keprihatinan terhadap vonis itu, antara lain Dewan HAM PBB, Amnesty International dan ASEAN Parliamentarians for Human Rights. Departemen Luar Negeri Amerika bahkan secara tegas menyatakan “meskipun menghormati institusi demokrasi Indonesia, Amerika menentang penggunaan undang-undang penistaan agama di mana pun juga karena membahayakan kebebasan fundamental, termasuk kebebasan beragama dan mengemukakan pendapat.” Sementara delegasi Uni Eropa untuk Indonesia menyerukan kepada pemerintah dan rakyat Indonesia untuk tetap mempertahankan tradisi toleransi dan pluralisme yang selama ini dikagumi dunia.

Yael Weiss dalam video yang dibuat khusus untuk memperkenalkan karya Ananda Sukarlan “No More Moonlight Over Jakarta” mengatakan “karya itu sangat kaya karena tidak saja menghadirkan rhythm populer “Moonlight Sonata” karya Beethoven tetapi juga kontemplasi yang dilakukan Ananda atas suatu isu.” Ditambahkannya, ia tidak sabar mempertunjukkan karya ini dalam konser-konser mendatang. (em)

XS
SM
MD
LG