Meski menjelang pemilihan umum (pemilu), minat investor untuk mencari pendanaan di pasar modal tetap tinggi. Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkirakan jumlah emiten yang akan melantai di bursa atau melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada 2023 bisa menembus rekor pencatatan terbanyak, yaitu 66 perusahan, pada 1990.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan kepada wartawan pada akhir pekan lalu bahwa per 29 September, sudah terdapat 66 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp49,4 triliun
Saat ini, kata Nyoman, masih ada 28 perusahaan yang antre untuk melantai di bursa dan 26 di antaranya akan mengeksekusi aksi korporasi itu pada kuartal IV.
“Apabila sesuai rencana, pencatatan perdana untuk perusahaan tercatat ke-67 dan ke-68 akan dilaksanakan pada 6 Oktober 2023. Dengan demikian jumlah tersebut telah melampaui pencapaian jumlah listing perusahaan terbanyak sepanjang sejarah Bursa pada tahun 1990, yaitu 66 perusahaan,” ujar Nyoman.
Nyoman tidak membeberkan dua calon emiten yang akan melantai di bursa. Namun, menurut data e-IPO, dua perusahaan yang akan resmi mencatatkan saham mereka adalah PT Sumber Sinergi Makmur, perusahaan distribusi dan instalasi perangkat Global Positioning System (GPS) dan PT Kokoh Exa Nusantara, sebuah perusahaan konstruksi.
Tren IPO menguat
Pengamat pasar modal and pendiri Traderindo.com, Wahyu Laksono, mengatakan sejak beberapa tahun terakhir, kecenderungan go public makin menguat. Bahkan saat pandemi COVID-19 pada 2020-2021, BEI mencetak rekor nilai IPO terbesar di Asia Tenggara, ujarnya.
Menurut catatan BEI, total penggalangan dana dari IPO saham mencapai Rp62,61 triliun pada 2021, naik sebesar 1.022,35 persen dibanding 2020 dan merupakan nilai penggalangan dana tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
“Pemilu sepertinya tidak menjadi beban atau halangan bagi IPO. Stabilitas politik dan keyakinan atau kepuasan terhadap (Presiden) Jokowi besar. Apalagi dalam jangka panjang ekonomi Indonesia makin menjanjikan. Investor sepertinya percaya kepada arah keberlanjutan,” ujar Wahyu kepada VOA pekan lalu.
Pasar modal stabil
Hans Kwee, Direktur perusahaan manajemen investasi Anugerah Mega Investama, mengatakan popularitas pasar modal selama COVID-19 mendorong masyarakat dan emiten untuk mencari dana segar dari IPO.
Selain itu, bank-bank juga makin selektif dalam menyalurkan kredit sehingga calon emiten beralih ke pasar modal untuk meraup pendanaan.
"Jadi kalau kita lihat jumlah investor meningkat banyak. Masyarakat semakin memahami pasar modal sehingga mencari pendanaan dari pasar modal. Bank-bank juga sejak COVID makin berhati-hati memberi kredit. Emiten memanfaatkan hal itu untuk mencari pendanaan dari pasar modal," ujar Hans.
Mengenai pemilu, Hans sendiri melihat tahun politik akan berdampak positif pada pasar modal.
Senada, Kepala Riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Robertus Hardy, mengatakan kepada VOA bahwa tingginya minat IPO didorong oleh keyakinan para pelaku usaha bahwa iklim investasi di Indonesia masih stabil di tengah ketidakpastian global.
Ditambah lagi, kata Robertus, kondisi makro ekonomi Indonesia masih cukup kondusif dengan inflasi yang melandai dan neraca fiskal yang robust (kokoh).
Energi terbarukan jadi primadona
Data BEI menunjukkan, antrean IPO hingga akhir tahun nanti akan didominasi oleh emiten teknologi, materi dasar atau basic materials dan konsumen non-siklus (consumer non-cyclical)
“Untuk 2023 ini emiten transportasi keuangan konsumer sepertinya menguat. Untuk komoditas, khusus energi, EBT (energi baru terbarukan) sedang ‘wangi’ saat ini,” kata Wahyu. Hal ini sesuai dengan tren transisi energi di pasar.
Berdasarkan data e-IPO, setidaknya sudah ada dua perusahaan energi terbarukan yang mencari pendanaan jumbo dari pasar modal.
Pertamina Geothermal Energy, anak perusahaan Pertamina yang mengelola pembangkit panas bumi, sudah sukses listing di bursa pada Februari 2023. Perusahaan dengan kode bursa PGEO itu berhasil meraup dana segar Rp9,05 triliun.
Berikutnya, Barito Renewables Energy (BREN), anak perusahaan Barito Pacific milik konglomerat Prajogo Pangestu, yang pekan ini sedang menggelar penawaran umum perdana saham.
Menurut keterangan pers dari BNI Sekuritas, yang menjadi penjamin pelaksana emisi atau lead underwriter BREN, perusahaan itu akan melantai di bursa pada 9 Oktober 2023. Barito Renewables Energy mengincar dana segar Rp3,13 triliun.
“Sebagai Lead Underwriter, BNI Sekuritas berharap para investor menunjukkan antusiasme yang positif sehingga bersama kita semua dapat menciptakan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dan berlandaskan pada prinsip Environmental, Social, and Corporate Governance (ESG),” kata Direktur Investment Banking BNI Sekuritas Nieko Kusuma dalam pernyataannya, Rabu (4/10).[ft/ah]
Forum