Sejumlah politikus muda yang dilantik menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada Selasa, 1 Oktober, mengaku siap menampung aspirasi rakyat, termasuk yang disampaikan lewat demonstrasi. Namun, mereka juga sadar harus bergulat dengan citra DPR yang makin terpuruk di mata masyarakat.
Rio A.J. Dondokambey, anggota DPR dari Fraksi PDI-Perjuangan, mendukung aksi demonstrasi. Dia meyakini bahwa demonstrasi merupakan salah satu cara bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi mereka.
“Demo itu harus, justru….karena kalau nggak, kita tahu dari siapa?” tegas Rio, yang merupakan putra sulung Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, Selasa (1/10).
Rio menambahkan sebagai generasi muda yang menjadi wakil rakyat, ia juga akan berusaha keras untuk menyerap aspirasi rakyat melalui platform media sosial.
“Karena media sosial ini kan kita tahu, di kolom komentar saja sudah aspirasi masyarakat. Jadi, bukan hanya saya, tim saya juga akan aktif memantau aspirasi rakyat lewat platform tersebut,” tegas politisi berusia 28 tahun itu.
Lain halnya dengan Annisa Maharani Alzahra Mahesa dari Fraksi Gerindra. Putri aktivis 1998, Desmond Mahesa itu setuju bahwa mengkritik kebijakan-kebijakan yang buruk memang perlu dilakukan. Namun, kata politisi yang berusia 23 tahun itu, tidak semua masalah harus diselesaikan lewat demonstrasi. Apalagi, ujarnya, jika demo digelar hanya untuk menyasar ke individu tertentu.
“Didemo atas dasar apa? Kenapa mesti demo? Kenapa tidak diskusi saja? Kalau misalnya, demo mengkritik kebijakan, itu tidak apa-apa. selama kebijakan itu memang buruk. Tapi kalau mendemo secara personal, untuk apa? Tapi kalau bisa diskusi, bertatap mata, bicara dari hati ke hati, kita bisa paham,” jelas Annisa, yang menjadi politisi termuda di antara 580 anggota DPR-RI untuk periode 2024-2029.
Penting, Tidak Penting
Meski proporsi politisi muda yang berusia 21 hingga 35 tahun kurang dari 9 persen dari jumlah anggota DPR-RI dalam setiap periode pemilihan umum (pemilu), secara jumlah mengalami kenaikan. Dalam pemilu 2024, sebanyak 55 kursi dari 580 diduduki oleh politisi muda, naik dari 52 pada pemilu 2019.
Makin banyaknya politisi muda yang masuk ke Senayan, yang hingga sekarang masih didominasi oleh politisi usia paruh baya, dianggap sebagai angin segar. Namun, tak sedikit pihak yang mempertanyakan apakah para anggota DPR muda tersebut mampu mengikis sikap skeptis masyarakat atas kapabilitas dan integritas anggota DPR secara umum.
Menanggapi hal itu, Rio megatakan sikap skepti masyarakat itu sebagai sebagai hal positif yang bisa memecut anggota DPR agar bisa bekerja dengan lebih baik.
“Silakan masyarakat untuk skeptis tentang anggota DPR RI. Jadi, saya rasa itu biasa. Itu harusnya menjadi sesuatu yang memacu kita, ya, bukannya nggak semangat,” ujarnya.
Zulfikar Suhardi dari Fraksi Demokrat memberikan pandangan lain. berpandangan bahwa kehadiran anak muda di parlemen memang dibutuhkan untuk memberikan gagasan yang lebih moncer dibandingkan politisi yang lebih tua. Namun, kata politisi berusia 25 tahun itu, yang terjadi bisa sebaliknya jika anak muda yang terpilih tidak memiliki kapasitas dan kapabilitas yang mumpuni.
“Kalau menurut saya, penting, tidak penting sebenarnya. Pentingnya, kenapa, karena biasanya kan, anak muda itu lebih punya ide dan gagasan yang lebih baru dibanding orang-orang tua. Tapi, (menjadi) tidak penting, kalau misalkan mereka yang tidak punya kapasitas dan kapabilitas, ya, pastinya,” ujar Zulfikar menanggapi pertanyaan mengenai pentingnya peran politisi muda.
Politisi Senior Dukung Anggota DPR Muda
Bagi para politisi senior, kehadiran anggota dewan muda adalah angin segar bagi badan legislatif.
Aboe Bakar Alhabsyi, politisi senior dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mengatakan kehadiran politikus muda tersebut bisa berdampak positif jika mereka fokus pada perubahan yang nyata, bukan sekadar pencitraan.
“Jangan sampai (generasi) milenial yang datang itu anaknya si fulan, anaknya gubernur, cucunya bupati, dan lain sebagainya. Tapi kita berharap anak-anak muda, milenial, yang potensial, yang bisa menyuarakan suara rakyat lebih baik lagi,” kata politisi berusia 59 tahun itu.
Sementara itu, Rieke Diah Pitaloka, politisi dari Fraksi PDI-Perjuangan yang sudah empat periode menjadi anggota DPR, juga memandang positif kehadiran para politisi muda di DPR.
“Masing-masing yang masuk menjadi wakil rakyat itu saya yakin itu karena mendapatkan kesempatan, bukan hanya dari rakyat, tapi juga dari Allah SWT. Sumpah jabatan kita sama. Gaji kita juga sama. Insyaallah kerjanya juga sama,” kata Rieke, pemeran Oneng dalam sinetron tenar “Bajaj Bajuri” yang tayang pada 2002-2007. [ah/dw/ft]
Forum