Tingginya aktivitas wisata yang merata di seluruh tanah air dinilai menjadi faktor yang cukup menentukan. Dalam pengarahan kepada seluruh kepala daerah, Senin 17 Mei 2021, presiden meminta seluruh tempat wisata di daerah dengan zona merah untuk ditutup.
“Saya melihat, dari grafis dan kurva yang ada, mobilitas masyarakat di hari Lebaran kemarin di tempat-tempat wisata ini naik 38 persen sampai 100,8 persen. Hati-hati dua minggu ke depan ini, semuanya harus hati hati,” kata Jokowi.
Pemerintah mencatat tetap ada setidaknya 1,1 persen pemudik dalam kurun waktu 6 Mei sampai 17 Mei. Angka itu sudah jauh dari survei awal yang mencapai 33 persen masyarakat berkeinginan mudik. Penetapan larangan mudik menekan angka itu menjadi 11 persen dan sosialisasi masif kembali menurunkannya hingga tujuh persen.
“Memang 1,1 persen, kelihatannya kecil sekali. Tetapi kalau dijumlah ternyata masih gede sekali. Satu setengah juta orang yang masih mudik,” tambah presiden.
Indonesia mencatatkan kasus aktif COVID-19 saat ini mencapai 90.800 kasus. Angka itu sudah jauh di bawah puncak kasus aktif pada 5 Februari 2021, yang mencapai 176 ribu kasus. Untuk terus menekannya, Jokowi meminta seluruh pihak belajar dari kasus di negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.
Provinsi di Sumatera, khususnya Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan Riau disebut secara khusus oleh Presiden. Ketiga provinsi itu mencatatkan bed occupancy ratio (BOR) atau rasio keterisian tempat tidur di rumah sakit, masing-masing 56 persen, 53 persen dan 52 persen.
Jokowi meminta seluruh provinsi menekan angka keterisian tempat tidur rumah sakit itu hingga di bawah 50 persen, apalagi karena angka nasional adalah 29 persen.
Persiapan Daerah
Permintaan presiden direspons oleh pemerintah daerah, dengan melakukan sejumlah persiapan terkait potensi lonjakan kasus COVID-19 pasca Lebaran. Di Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya, Kepala Dinas Kesehatan setempat, Pembajun Setiyaning Astuti, meminta seluruh rumah sakit yang ditunjuk untuk siaga.
“Di 27 rumah sakit rujukan, akan siap membuka tempat atau ruangan dan menambah tempat tidur, manakala kasus kasus COVID ini mengalami lonjakan. Tetapi kita berharap itu tidak terjadi, sehingga kita tetap bisa mengendalikan pemakaian tempat tidur tadi,” kata Pembajun.
Menurut catatan, di DIY telah tersedia 905 tempat tidur khusus bagi pasien COVID 19. Hingga pekan ini, tingkat BOR yang menunjukkan keterisian tempat tidur rumah sakit di DIY masih di bawah 50 persen.
“Tetapi di dalam keterisian yang tidak sampai 50 persen ini, yang harus kita waspadai adalah justru tempat tidur di ruang ICU atau ruang critical, yang cukup tinggi. Oleh karena itu, kita harus benar-benar menjaga, agar BOR ini tidak naik tinggi,” tambahnya.
Pemerintah DIY telah meminta kepada seluruh rumah sakit rujukan untuk siap siaga. Tempat tidur yang saat ini digunakan untuk layanan kondisi kesehatan diluar COVID-19, harus dapat dialihkan setiap saat diperlukan.
“Selama satu atau dua minggu ke depan, kita harus mengantisipasi kondisi ini. Tempat tidur yang diperuntukkan untuk layanan COVID tetap harus dijaga,” tambah Pembajun.
Kasus Dinilai Tinggi
Kesiapan untuk menghadapi lonjakan kasus COVID-19 pasca Lebaran juga dilakukan Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC). Ketua lembaga ini, Dr Mohammad Agus Samsudin melaporkan, jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit-rumah sakit milik Muhammadiyah masih cukup besar. Karena itulah, dalam mengantisipasi lonjakan kasus pasca Lebaran, organisasi ini telah mempersiapkan sejumlah langkah.
“Dan kita berharap betul itu tidak terjadi. Tetapi lebih baik kita mempersiapkan diri, kemungkinan yang paling buruk, dari pada kita tidak siap apa-apa. Sudah 64 rumah sakit disiapkan untuk bisa menampung pasien COVID. Kita sudah ada 1.800 tempat tidur yang kita siapkan, termasuk di dalamnya tentu yang terkait dengan ICU, NICU, ventilator dan sebagainya,” kata Agus.
MCCC juga menyediakan setidaknya enam gedung untuk isolasi mandiri pasien COVID 19 di Jakarta dan Yogyakarta. Selain itu, tambah Agus, mereka juga terus melakukan kegiatan promotif seperti kampanye penerapan protokol kesehatan melalui berbagai media komunikasi.
Selain itu, Muhammadiyah juga membantu pemerintah dalam penyelenggaraan vaksinasi. Hingga saat ini, lembaga tersebut telah menyalurkan hingga lebih dari 68 ribu vaksin. Dalam waktu dekat MCCC akan melaksanakan vaksinasi di Ternate, Makassar, dan Banjarmasin.
Varian baru virus COVID-19 yang masuk ke Indonesia juga harus memperoleh perhatian dan diantisipasi. Selain itu, tambah Agus, jika melihat grafik kasus, sebenarnya Indonesia masih mencatatkan angka yang sama seperti periode akhir tahun lalu.
“Jumlah kasusnya masih cukup tinggi. Jumlah kasus saat ini sama dengan periode November-Desember. Artinya, kita belum aman dan oleh karena itu, ini menjadi bagian yang harus kita cermati bersama-sama,” ujar Agus.
Agus berharap tempat tidur, ruang isolasi maupun fasilitas perawatan lain yang sudah disiapkan tidak jadi dipakai. Karena itu bermakna, tidak terjadi lonjakan kasus pasca Lebaran seperti yang dikhawatirkan banyak pihak. [ns/ab]