Presiden Amerika Joe Biden bersumpah akan memburu mereka yang bertanggung jawab dalam serangan berdarah di luar bandara Kabul. Peristiwa tersebut menewaskan sedikitnya 13 tentara Amerika dan puluhan warga sipil yang sedang berkumpul dengan harapan dapat keluar dari negara yang dikuasai Taliban itu.
“Kepada mereka yang melakukan serangan ini, juga mereka-mereka yang ingin mencelakakan Amerika, ketahuilah: kami tidak akan memaafkan, kami tidak akan lupa, kami akan memburu dan meminta pertanggungjawaban Anda,” tegas Biden dalam pidato Kamis (26/8) sore.
Dalam sebuah laporan di saluran berita Telegram, kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan di bandara Kabul itu. Pernyataan tersebut disampaikan beberapa jam setelah beberapa pelaku bom bunuh diri menyerang dua lokasi di sepanjang perimeter di Bandara Internasional Hamid Karzai, tepatnya di dekat Abbey Gate dan di luar sebuah hotel di dekat bandara.
Seorang ISIS di kawasan itu, yang dikenal sebagai ISIS-Khorasan atau ISIS-K, dinilai bertanggungjawab atas serangan tersebut.
Biden mengatakan telah memerintahkan para komandan tentara untuk mengembangkan rencana operasional guna menyerang aset, kepemimpinan dan fasilitas ISIS-K; dengan mengatakan “kami akan merespons dengan kekuatan dan ketepatan seusai waktu kami, di tempat yang kami pilih, dan saat yang kami pilih.”
Tidak lama setelah pernyataan Biden itu, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki memperkuat pesannya dengan mengatakan “kami akan memburu para teroris ini dan membunuh mereka di mana pun berada.”
Sedikitnya 60 warga Afghanistan tewas dalam serangan itu, sementara lebih dari 100 lainnya luka-luka.
Evakuasi 18 Tentara AS
Menurut juru bicara Komando Pusat Amerika Kapten Bill Urban, 18 personel militer Amerika yang luka-luka dalam insiden itu sedang dievakuasi dengan pesawat C-17 yang secara khusus dilengkapi dengan unit bedah.
Panglima Komando Pusat Amerika Jendral Frank McKenzie mengatakan baku tembak terjadi tak lama setelah serangan bom bunuh diri.
Peristiwa ini merupakan serangan yang paling menelan banyak korban jiwa bagi militer Amerika di Afghanistan dalam sepuluh tahun. Hal ini juga menjadikan Kamis, 26 Agustus, ini sebagai hari paling muram dalam masa kepresidenan Biden yang baru berusia tujuh bulan. Kejadian tersebut juga mendorong penangguhan pertemuan Biden dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada menit-menit terakhir.
Selama sore yang suram ini, gemuruh petir bergema di sekitar Gedung Putih ketika badai hujan menyelimuti Ibu Kota Washington DC.
Minta Biden Mundur
Jatuhnya korban tewas juga meningkatkan pergulatan politik di sekitar Presiden dari Partai Demokrat ini, di mana sebagian anggota Kongres dari faksi Republik mengeluarkan pernyataan yang mengatakan Biden memikul tanggung jawab pribadi dan menyerukan agar ia mengundurkan diri.
Psaki: “Hari Ini Bukan Untuk Politik”
Ketika ditanya wartawan tentang seruan agar Biden mengundurkan diri, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan “hari ini bukan untuk politik.” Ditambahkannya, “kami berharap agar setiap warga Amerika, apakah mereka memilih atau tidak pemerintahan ini, akan berdiri bersama kami dan komitmen kami untuk memburu, dan memerangi, dan membunuh teroris ini di mana pun mereka berada; dan untuk menghormati kenangan tentara-tentara yang tewas.”
Lebih dari 100.000 orang telah meninggalkan Afghanistan dengan berbagai pesawat terbang evakuasi, ujar Biden, yang bertekad akan terus melanjutkan evakuasi hingga tenggat penarikan seluruh pasukan pada 31 Agustus. “Kami akan mengeluarkan setiap warga Amerika yang ingin keluar,” tegasnya.
Biden dan Psaki mengatakan sejauh ini tidak ada bukti adanya kolusi antara Taliban – yang menguasai Kabul hampir dua minggu lalu – dan ISIS melancarkan serangan bersama-sama.
PBB dan NATO mengutuk serangan itu, demikian pula juru bicara Taliban Zahibullah Mujahid.
Bendera Setengah Tiang
Biden, Kamis (26/8) sore, juga mengeluarkan pengumuman untuk menurunkan bendera Amerika di seluruh negara menjadi setengah tiang hingga 30 Agustus “sebagai penghormatan pada tentara dan korban lain yang tewas dalam serangan teroris itu.”
Beberapa menit kemudian seluruh bendera di Gedung Putih diturunkan menjadi setengah tiang. [em/lt]