Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Gedung Putih, Jumat (27/10). Pertemuan itu diharapkan akan membuka pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping pada bulan depan.
Menurut juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, pertemuan itu juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan penasihat keamanan nasional, Jake Sullivan.
Biden menekankan bahwa baik AS maupun China perlu mengatur kompetisi dalam hubungan secara bertanggung jawab dan menjaga jalur komunikasi yang terbuka. Dia juga menekankan bahwa AS dan China harus bekerja sama untuk menangani tantangan-tantangan global.
Wang tiba di Washington pada Kamis (26/10) untuk pertemuan dengan sejumlah pejabat senior AS untuk membahas isu-isu keamanan bilateral dan regional menjelang kemungkinan pertemuan antara para pemimpin AS dan China bulan depan.
Blinken menjamu Wang dalam acara santap malam di Departemen Luar Negeri setelah menghadiri sejumlah pertemuan pada pagi hari. Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, juga berbicara dengan Wang pada Jumat di Blair House yang tak jauh dari Gedung Putih.
"Pertemuan ini konsisten dengan komitmen dari kedua belah pihak untuk menjaga saluran komunikasi yang strategis ini sebagai bagian dari upaya yang terus berlangsung untuk menjaga hubungan secara bertanggung jawab," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Adrienne Watson, dalam pernyataannya.
Para pejabat senior dari pemerintahan Biden sudah melakukan pratinjau sejumlah isu, termasuk perang Israel dan Hamas, perang Rusia di Ukraina, krisis fentanil, Taiwan dan tabrakan kapal laut di Laut China Selatan baru-baru ini.
Sementara itu, sejumlah kritikus dari kalangan Kongres mendesak China untuk membebaskan warga negara AS yang ditahan secara tidak sah dan mengutuk militer China atas perilaku mereka di Laut China Selatan.
"Dalam pertemuan dengan Wang Yi, pemerintah Biden jangan terlena dengan janji-janji palsu, tapi harus menuntut tindakan nyata, seperti membebaskan warga negara AS yang disandera di China, menghentikan ekspor bahan-bahan dasar fentanil, dan menghentikan ekspansi militer di Indo-Pasifik," kata Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, Michael McCaul dan Ketua Subkomite Indo-Pasifik Young Kim, dalam sebuah pernyataan.
Taiwan
AS sudah mewanti-wanti China agar tidak melakukan eskalasi militer di Selat Taiwan. Militer China telah meningkatkan aktivitas di sekitar wilayah Taiwan selama berbulan-bulan menjelang pemilihan umum di wilayah yang diperintah secara demokratis.
Sejumlah fasilitas milik Foxconn, produsen ponsel pintar Apple iPhones, baru-baru ini diperiksa oleh pihak berwenang perpajakan China. Perusahaan yang berkantor pusat di New Taipei City itu masuk dalam daftar 500 perusahaan terbesar di dunia versi majalah Fortune.
Penyelidikan itu dilakukan di tengah masa yang sensitif karena pendiri Foxconn, Terry Gou, sedang mencalonkan diri dalam pemilihan presiden Taiwan sebagai kandidat independen. Partai Komunis China tidak pernah memerintah Taiwan, tetapi mengklaim kedaulatan atas demokrasi yang mempunyai pemerintahan sendiri itu.
"Kami sangat yakin dengan proses demokrasi Taiwan dan percaya hal ini tergantung kepada para pemilih Taiwan untuk menentukan pemimpin mereka selanjutnya, bebas dari intervensi pihak luar."
"Washington mengatakan pihaknya tidak memihak pada siapa pun dalam pemilu Taiwan dan berkomitmen untuk memperlakukan semua kandidat secara adil. "Kebijakan AS terhadap Taiwan akan tetap sama terlepas dari partai mana pun yang berkuasa," ujar Miller.
Masalah China
Biden juga mengulangi dukungan Washington atas Filipina menyusul insiden baru-baru ini ketika kapal-kapal China memblokir dan bertabrakan dengan dua kapal laut Filipina di Second Thomas Shoal di Laut China Selatan yang dalam disengketakan.
"Baru saja pekan lalu, kapal-kapal RRC bertindak secara berbahaya dan melanggar hukum ketika teman-teman Filipina kami sedang menjalankan misi rutin pengiriman pasokan dalam zona ekonomi eksklusif mereka di Laut China Selatan," kata Biden, menggunakan singkatan Republik Rakyat China.
"Komitmen pertahanan Amerika Serikat terhadap Filipina sangat kuat," kata Biden sambil menambahkan bahwa AS tidak mencari masalah dengan China.
China memperkuat kedaulatan atas hampir seluruh wilayah China Selatan, jalur maritim yang kaya sumber daya dan saling diklaim oleh beberapa negara lainnya.
Timur Tengah
Blinken juga menyerukan kepada China untuk menggunakan pengaruhnya atas Iran untuk mencegah agar perang antara Israel dan Hamas tidak menyebar. Namun, harapan AS itu dikatakan rendah di tengah pertikaian dengan China. Washington mengatakan Teheran terus menyokong para militan Hamas yang tidak mendukung solusi dua negara.
"Hamas tidak mewakili mayoritas luas masyarakat Palestina di Jalur Gaza atau di tempat lainnya," kata Biden dalam konferensi pers.
"Hamas bersembunyi di balik warga sipil Palestina."
Amerika Serikat, Israel, Mesir, Uni Eropa, Jepang, dan negara-negara lainnya mengecap Hamas sebagai organisasi teroris.
China, seperti halnya Rusia, tidak mengecap Hamas sebagai kelompok teroris. Sebaliknya, menganggap Hamas sebagai perwakilan sah rakyat Palestina di Gaza.
Pada Kamis (26/10) di Departemen Luar Negeri AS, Wang tidak menjawab pertanyaan VOA mengenai apakah China bersedia menggunakan pengaruhnya untuk membujuk Iran agar tidak memperluas perang itu. [ft/ah]
Yihua Lee dari VOA layanan bahasa Mandarin menyumbang untuk laporan ini.