Presiden AS Joe Biden mengambil keputusan mengejutkan untuk keluar dari persaingan dalam pemilihan presiden. Ia memilih untuk tidak mengabarkannya secara langsung melainkan secara online. Tiga hari kemudian, ia menjelaskan alasannya dalam pidato di Oval Office.
Pidatonya kadang-kadang penuh harapan, terkadang tegas, kadang-kadang sedih. Biden berbicara mengenai masa lima dekade dia mengabdi di pemerintahan, menggembar-gemborkan catatan pencapaian domestik dan politiknya, tetapi kemudian menyerukan pemimpin baru yang energik untuk menghadapi berbagai tantangan mendatang.
Biden mengatakan, “Tak ada – tak ada – yang dapat menghalangi jalan untuk menyelamatkan demokrasi kita. Ini mencakup ambisi pribadi. Jadi saya memutuskan cara terbaik untuk maju adalah dengan meneruskannya ke generasi baru. Ini adalah cara terbaik untuk menyatukan bangsa kita. Anda tahu, ada masa dan tempat bagi pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupan publik. Juga ada waktu dan tempat untuk suara-suara baru. Suara-suara segar. Ya, suara-suara yang lebih muda. Dan waktu serta tempatnya adalah sekarang.”
Biden juga berterima kasih kepada Wakil Presiden Kamala Harris, yang telah turun berkampanye dengan dukungannya dan cukup banyak janji delegasi untuk mendapatkan nominasi. Ia menyebut Harris sebagai seseorang yang “berpengalaman,” “tangguh” dan “kapabel” tetapi menambahkan, “pilihannya terserah Anda.”
Ia tidak menyebut nama anggota partai Republik dalam pemilihan presiden mendatang. Tetapi para analis mengatakan peringatan keras Biden semuanya menjurus ke satu orang.
Jennifer Mercieca, profesor komunikasi dan jurnalisme di A&M University Texas, mengatakan, “Ia berbicara mengenai polarisasi. Ia berbicara mengenai kekerasan dan kekerasan politik. Semua itu adalah hal-hal yang mengingatkan pada [mantan presiden] Donald Trump dan masa kepresidenannya. Ia berbicara mengenai berbagai ancaman yang dihadapi negara sewaktu pertama kali menjabat, pada Januari 2021. Dan itu pasti mengenai Donald Trump. Tapi ya, ini bukan tempatnya bagi dia untuk berbicara mengenai Donald Trump. Ini bukan tempatnya bagi dia untuk memberikan pidato kampanye.”
Biden mengatakan tugasnya sekarang ini akan berfokus pada berbagai tantangan di dalam negeri seperti hak-hak sipil dan kebebasan para pemilih, reformasi keselamatan senjata api, upaya mengakhiri kanker dan reformasi Mahkamah Agung. Ia juga menyebut tantangan besar yang dihadapi AS di luar negeri, dengan perang yang berkecamuk di Gaza dan Ukraina, dan China yang semakin berani di kawasan Indo-Pasifik. Tetapi mengenai tindakan terakhir dari masa kepresidenannya, Biden tetap protagonis di panggung terbesar Amerika.
Jim Kessler, wakil presiden eksekutif bidang kebijakan di lembaga kajian Third Way, mengatakan, “Ia seperti atlet yang akan masuk Hall of Fame dan pensiun dan, Anda tahu, disambut sorak sorai massa, akhirnya, atas karier panjangnya yang luar biasa selama 50 tahun.”
Biden memahami dengan jelas bahwa pidatonya juga merupakan puncak yang dramatis. Jadi, ia menggunakan kata-kata terakhirnya untuk mengemukakan fakta dengan pesan lama, setua Amerika. Katanya, “Hal luar biasa mengenai Amerika adalah di sini, raja dan diktator tidak berkuasa, rakyatlah yang berkuasa. Sejarah berada di tangan Anda. Kekuasaan ada di tangan Anda. Gagasan mengenai Amerika berada di tangan Anda.” [uh/ab]
Forum