Presiden Joe Biden mengakui pada Kamis (25/3) bahwa sekitar 2.500 tentara Amerika Serikat (AS) kemungkinan masih akan berada di Afghanistan setelah 1 Mei, tenggat yang disepakati bagi pasukan AS untuk meninggalkan negara itu berdasarkan persetujuan satu tahun yang lalu dengan Taliban.
“Akan sulit untuk memenuhi tenggat 1 Mei itu,” kata Biden kepada para wartawan dalam konferensi pers Gedung Putih, yang merupakan konferensi pers Biden yang pertama sebagai presiden.
Biden mengutip “alasan-alasan taktis” bagi kemungkinan penundaan itu. Namun, katanya, meskipun Amerika tidak memenuhi tenggat itu, dia tidak mengantisipasi pasukan AS masih ada di Afghanistan tahun depan.
“Saya tidak bisa membayangkan hal seperti itu,” katanya. “Bukan maksud saya untuk tinggal di sana untuk waktu yang lama.”
“Pertanyaannya adalah bagaimana dan di bawah kondisi apa kita memenuhi persetujuan itu, yang dibuat oleh Presiden Trump, meninggalkan negara itu berdasarkan persetujuan yang kelihatannya tidak bisa dilaksanakan,” katanya.
Presiden Biden memprakarasai kajian terhadap kesepakatan dari Februari 2020 antara pemerintahan mantan Presiden Trump dan Taliban. Dan sementara kajian itu masih belum selesai, beberapa pejabat tinggi mempertanyakan apakah selama ini Taliban memenuhi janji mereka sesuai dengan perjanjian itu.
“Sudah jelas, Taliban tidak memenuhi apa yang mereka janjikan dan mengurangi kekerasan,” kata Jenderal Richard Clarke, panglima dari semua pasukan khusus AS kepada Kongres pada Kamis (25/3).
“Jelas mereka secara sengaja meningkatkan kekerasan sejak persetujuan perdamaian itu ditandatangani.” [jm/ka]