Antony Blinken menyampaikan Laporan Tahunan Kementerian Luar Negeri Amerika tentang Praktik Hak Asasi Manusia, yang mencakup pelaksanaan HAM di Asia hingga ke Timur Tengah. Laporan ini dirilis sehari sebelum ia terbang ke China untuk melangsungkan pembicaraan tentang beragam isu, termasuk HAM.
“Isu Rohingya di Burma, Uighurs di Xinjiang, masing-masing adalah korban genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan. Amerika akan terus menyampaikan keprihatinan kami secara langsung pada negara-negara yang bertanggung jawab,” tandasnya.
Blinken juga bicara terbuka tentang dukungan China pada Rusia dalam perang di Ukraina.
Amerika, bersama dengan negara-negara lain dalam Kelompok Tujuh, telah mendesak China untuk menghentikan transfer bahan dan komponen senjata untuk penggunaan ganda, yang digunakan Rusia untuk memajukan produksi militernya. Amerika mengatakan pihaknya siap untuk mengambil langkah lebih lanjut jika diperlukan. Tetapi Beijing telah menepis kekhawatiran Washington.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan, “Pada prinsipnya, kerjasama normal China dan Rusia dalam beragam bidang seharusnya tidak diganggu atau dibatasi.”
Mantan pejabat militer Amerika, purnawirawan Mark Montgomery, yang juga pakar di Foundation of Defense of Democracies mengatakan, “Tentu saja, upaya perang Rusia didukung dan ditopang oleh dukungan dari China, Iran, dan Korea Utara. Amerika dapat meminta pertanggungjawaban China atas hal ini melalui sanksi.”
Menurut beberapa analis, Amerika menyampaikan desakan serupa kepada negara-negara sekutu Eropa.
Pakar politik di Stimson Center, yang berbasis di Washington DC, Kelly Grieco, mengatakan, “Berbeda dengan Amerika Serikat, Uni Eropa belum benar-benar memberikan sanksi kepada individu atau perusahaan China sampai pada tingkat yang sama seperti Amerika Serikat. Jadi, mungkin ada upaya, Anda tahu, dengan pertemuan G7, untuk mencoba mendapatkan lebih banyak dukungan dari Eropa untuk mengambil tindakan semacam itu.”
Isu-isu mendesak lainnya dalam agenda Blinken termasuk kontra-narkotika, mengadakan pembicaraan tentang kecerdasan buatan, dan meningkatkan komunikasi militer-ke-militer di tengah ketegangan di Laut Cina Selatan.
Namun, para pejabat dan analis AS tidak mengantisipasi adanya terobosan besar yang akan muncul dari pertemuan Menlu AS minggu ini di Cina. [em/jm]
Forum