Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sebagian besar korban ditemukan di Palu disusul Sigi, dan Moutoung.
"Itu terdiri dari Donggala 144 orang, Kota Palu 1.352 orang, Sigi 62 orang, Parigi Moutoung 12 orang, Pasang Kayu di Sulawesi Barat 1 orang. Dan Tim SAR gabungan yang dikoordinir oleh Basarnas terus menerus korban karena diperkirakan masih banyak," jelas Sutopo saat konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta, Jumat (5/10).
Di samping itu, Sutopo menambahkan telah terjadi gempa susulan di Sulawesi Tengah sebanyak 437 kali hingga Jumat (5/10) pukul 06.00 WIB. Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memperkirakan gempa susulan akan terus berlangsung hingga terjadi titik keseimbangan sistem sesar atau patahan.
"Kalau kita melihat intensitasnya, dia (gempa susulan) semakin menurun. Dan ini akan masih berlangsung, bisa saja nanti gempa susulan nanti total di atas 1.000. Karena dalam rangka mencari keseimbangan sistem sesar yang ada," ungkapnya.
Kendati demikian, Sutopo menjelaskan intensitas gempa dari hari ke hari terus menurun. Karena itu, ia meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan adanya gempa susulan ini. Menurutnya, gempa susulan ini normal terjadi setelah kemunculan gempa dengan skala besar.
Sementara terkait konektivitas antar wilayah, Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Rina Agustin mengatakan sejumlah wilayah sudah mulai terbuka. Sejumlah ruas jalan yang sudah terbuka antara lain dari Toli-Toli, Donggala, Mamuju, lalu Palu dan Poso.
"Kemudian perbaikan 2 jembatan rusak pada ruas jalan nasional dan satu jembatan kuning di Kota Palu masih dalam pengecekan struktur jembatan. Dan sedang proses desain ulang. Kemudian perbaikan jalan-jalan kota yang retak atau mengelupas ini juga sedang dalam proses," jelas Rina Agustin.
Untuk air dan sanitasi, Ratna menambahkan kementeriannya telah membawa 3 unit mesin untuk air siap minum. Sementara untuk sanitasi ada WC knockdown dan dumptruck.
Dari sisi kesehatan, Plt Kepala Pusat Kritis Kesehatan Kemenkes Eka Jusuf Singka menjelaskan hingga hari ini belum ada penyakit endemik yang ditimbulkan gempa dan tsunami di wilayah Sulawesi Tengah.
Menurutnya, tim Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (Kesling) telah melakukan sejumlah hal untuk pencegahan penyakit, termasuk pencegahan dari timbulnya penyakit akibat pembusukan jenazah. Antara lain mendistribusikan logistik Kesling seperti tempat sampah, penjernih air cepat dan melakukan pengendalian penyakit dengan disinfektasi (penyemprotan).
"Yang sudah membusuk itu sudah dikubur semua. Jadi tidak ada efek dari pembusukan jenazah tersebut. Tetapi bekas-bekasnya, kantongnya sudah dibakar, sudah disinfektan juga," jelas Eka.
Kendati demikian, Eka mengakui masih ada sebagian jenazah tersebut belum teridentifikasi. Namun, menurut Plt Kepala Pusat Kritis Kesehatan Kemenkes Eka Jusuf Singka, jenazah tersebut sudah difoto untuk kebutuhan identifikasi di kemudian hari.
"Jenazah-jenazah yang sudah mengalami pembusukan itu memang agak sulit dilakukan identifikasi. Jadi ada beberapa cara, itu kita bisa foto jenazahnya, kemudian disampaikan kepada yang bersangkutan dimakamkan di daerah massal. Misalnya ada 10 orang kita foto, seperti itu modelnya," ujarnya. [Ab/is]