Keluarga Israel yang disandera oleh Hamas di Jalur Gaza diliputi kekhawatiran yang mendalam terkait nasib orang-orang yang mereka cintai. Kecemasan tersebut mencuat seiring dengan meningkatkan serangan darat Israel di wilayah Palestina, ujar sebuah kelompok yang menangani keluarga-keluarga tersebut pada Sabtu (28/10).
“Malam ini adalah malam yang paling mengerikan… dengan latar belakang operasi besar IDF (Pasukan Pertahanan Israel) di Jalur Gaza,” kata Forum Sandera dan Keluarga Hilang dalam sebuah pernyataan.
Forum tersebut mengatakan para sandera yang ditahan Hamas juga menjadi sasaran pengeboman besar-besaran sama seperti dialami oleh warga Palestina. Disebut pula bahwa keluarga mereka diliputi “kecemasan dan frustrasi” karena invasi darat Israel yang telah lama ditunggu-tunggu dapat membuat mereka berada dalam kondisi bahaya yang lebih besar.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertemu dengan beberapa keluarga korban. Dalam sebuah video yang dirilis kantornya, dia mengatakan bahwa pemulihan para sandera adalah bagian “integral” dari tujuan militer. Tekanan adalah kuncinya. Semakin besar tekanannya, semakin besar pula peluangnya,” ujarnya.
Dalam sebuah protes di luar markas pertahanan Israel di Tel Aviv, puluhan orang berkumpul membawa foto para tawanan, sambil meneriakkan “kembalikan mereka sekarang.”
Meirav Leshem Gonen, yang putrinya Romi diyakini diculik dari lokasi festival musik Nova, mengatakan operasi militer apa pun harus mempertimbangkan nasib orang yang mereka cintai yang ditahan tanpa komunikasi selama tiga minggu.
"Kami takut, kami khawatir, di mana mereka? Apa yang terjadi dengan mereka? Siapa yang merawat mereka? Kami kemarin mendengar tentang tank yang masuk dan kami semua prihatin," katanya.
Ia menggambarkan pertemuan dengan Netanyahu sebagai pertemuan yang sulit. Ia juga mengatakan para keluarga tersebut percaya bahwa kesepakatan pertukaran sandera yang akan membebaskan semua tahanan Palestina di Israel akan mendapatkan dukungan publik yang luas.
Israel telah membombardir Jalur Gaza, yang dikuasai Hamas, sejak kelompok militan itu melancarkan serangan mematikan pada 7 Oktober. Hamas dalam operasi tersebut menargetkan pos-pos tentara dan komunitas sipil di wilayah itu dan menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil.
Hamas menyandera lebih dari 200 orang, termasuk anak-anak, kembali ke Gaza selama penggerebekan mereka. Sejauh ini mereka telah melepaskan empat orang dan mengatakan pada Kamis bahwa pengeboman Israel telah menewaskan 50 orang lainnya – sebuah klaim yang tidak dapat diverifikasi oleh Reuters.
Serangan udara dan tembakan artileri Israel menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan menewaskan lebih dari 7.000 orang dalam tiga minggu terakhir, kata para pejabat kesehatan Palestina, termasuk sekitar 3.000 anak-anak.
Israel mengatakan pada Rabu bahwa lebih dari separuh sandera yang ditahan oleh Hamas memiliki paspor asing dari 25 negara berbeda. Banyak di antara mereka diyakini memiliki kewarganegaraan ganda Israel.
Para sandera diyakini bersembunyi di Jalur Gaza, kemungkinan di terowongan yang dibangun Hamas di sana.
Forum