Sementara petugas pemadam kebakaran menyisir puing-puing Museum Nasional Rio de Janeiro yang terbakar, Senin (3/9), warga Brazil merasakan kehilangan sejumlah besar koleksi barang-barang bersejarah negara itu yang tak tergantikan.
Museum berumur 200 tahun itu menyimpan koleksi spesimen paleontologis, antropologis, dan biologi, seperti sebuah kerangka yang dianggap sebagai sisa-sisa manusia tertua yang pernah ditemukan di Amerika dan meteorit terbesar yang pernah ditemukan di Brazil, serta memorabilia sejarah.
Perasaan kehilangan dengan cepat beralih menjadi kemarahan warga di Rio de Janeiro. Beberapa ratus orang berkumpul di luar museum, menuntut untuk melihat kerusakan itu. Sebagian berusaha melampaui garis batas polisi, tetapi didesak kembali oleh petugas yang menggunakan gas air mata dan pentungan.
"Komunitas kami sangat termobilisasi dan sangat marah," kata Roberto Leher, direktur Universitas Federal Rio de Janeiro, yang mengelola museum itu. "Kami semua mengetahui bangunan itu rentan."
Demonstran Laura Albuquerque, seorang guru tari berusia 29 tahun, mengatakan "Adalah kejahatan membiarkan museum sampai berbentuk seperti ini. Bukan saja disesalkan namun juga menyedihkan dan politisi bertanggung jawab untuk itu."
Dalam beberapa tahun terakhir, Brazil telah diguncang skandal korupsi pemerintah dan resesi. Para pejabat mengatakan museum itu, yang juga mengalami kelalaian finansial, tidak memiliki sistem penyiram.
Marcio Martins, seorang juru bicara museum, mengatakan kepada Associated Press, anggaran museum itu turun dari sekitar $130 ribu pada 2013 menjadi sekitar $84 ribu pada 2017.
Presiden Michel Temer dalam pernyataan Senin mengatakan musnahnya gedung itu yang pernah menjadi tempat tinggal keluarga kerajaan negara itu, akibat kebakaran Minggu malam, merupakan "kehilangan yang tak terhitung bagi Brazil." [my]