Kusuma Wijaya, seorang warga negara Indonesia WNI di New York, luar biasa senangnya ketika ditelepon oleh Kepala Perwakilan RI di New York Arifi Saiman, untuk ikut membantu mendokumentasikan kedatangan dan pertemuan dengan beberapa tamu penting. Bagi pemilik K-Studio, yang sudah berbisnis di kota itu sejak 2003, bekerja sama dengan KJRI New York bukanlah hal baru.
“Saya percaya bahwa benar Pak Arifi yang menelepon saya karena suaranya mirip betul. Ada logat Jawa yang khas. Sebelumnya juga ia mengirim teks membutuhkan bantuan K-Studio. Ia juga tahu persis apa yang biasa saya lakukan,” ujar Kusuma ketika dihubungi melalui telepon, Minggu (2/8) pagi.
Ia baru merasa ada sesuatu yang janggal ketika pada akhir pembicaraan orang yang meneleponnya menanyakan apakah uang pembayaran akan diambil di kasir atau ditransfer.
“Saya mulai curiga karena sepengetahuan saya KJRI New York tidak punya kasir. Tapi kemudian menepis kecurigaan itu karena memang saya sudah lama tidak ke KJRI, jangan-jangan sekarang memang ada kasir,” ujarnya.
Ia baru yakin bahwa ini merupakan penipuan ketika orang tersebut memintanya mengirim uang dalam bentuk rupiah ke Indonesia karena ada keperluan mendadak.
“Apalagi ia kemudian bilang kalau saya tidak punya uang rupiah, mungkin bisa ada keluarga di Indonesia yang membantu mentransfer, sambil mendesakkan lebih jauh,” paparnya.
Kusuma Wijaya bukan satu-satunya WNI yang ditipu, dan Arifi Saiman bukan satu-satunya pejabat yang namanya disalahgunakan.
“Penipuan ini juga telah menimpa beberapa kepala perwakilan di beberapa negara, termasuk kepala perwakilan di Amerika,” ujar Kepala Perwakilan RI di New York Arifi Saiman, ketika dihubungi melalui telepon.
“Modus penipuan ini targetnya adalah warga masyarakat tidak berdosa, dengan meminta mereka melakukan transfer sejumlah uang ke nomor rekening bank pelaku di Indonesia dengan motif tertentu,” tambahnya.
Lapor ke Kemlu dan Kepolisian RI
KJRI New York pun bergerak cepat dengan menyampaikan imbauan tertulis melalui media sosial dan simpul-simpul masyarakat Indonesia di Amerika, termasuk Permias (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika) agar tidak semakin banyak WNI yang tertipu.
Laporan resmi juga disampaikan ke Kementerian Luar Negeri dan Kepolisian Indonesia. “Ini dipandang perlu untuk tindak penanganan lebih lanjut karena pelaku diduga melakukan aksinya dari Indonesia sehingga dapat segera diringkus,” ujar Arifi.
Lewat bantuan seorang penyelidik pribadi, Arifi Saiman mengetahui bahwa nomor telepon berkode daerah Greenville dan Guysmills di Pennsylvania yang digunakan pelaku untuk menipu, adalah nomor salah seorang WNI yang telah diretas. Melalui Facebook, WNI itu menginformasikan kepada publik tentang peretasan yang terjadi dan mengingatkan untuk “tidak membalas dan mengikuti permintaan pelaku.”
Kusuma Wijaya mengimbau WNI untuk tidak langsung percaya dan waspada jika mendapat telepon serupa. Jika ragu, ujar Kusuma, langsung kontak orang yang namanya disalahgunakan dan teman-teman lain untuk mendapat informasi lengkap.
“Itu yang saya lakukan kemarin. Saya langsung kontak Pak Konjen dan menunjukkan pesan teks WhatsApp yang dikirim pada saya. Beliau kaget dan langsung memerintahkan untuk mengeluarkan imbauan,” ujarnya.
Hingga laporan ini disampaikan belum diketahui berapa banyak WNI yang menjadi korban penipuan ini, apakah hanya sampai tahap menerima informasi yang salah atau sudah terlanjur mengirim uang yang diminta. [em/ft]