Merve Kavakci, berasal dari Turki. Ia hijrah ke AS dalam usia muda sewaktu mahasiswa, mengikuti ayahandanya, cendekiawan Dr. Yusuf Ziya Kavakci, untuk memimpin lembaga dan mesjid Islamic Association of North Texas, di Richardson, Texas Utara.
Dibesarkan di dua negara, Kavakci muda menyampaikan sekilas pengalaman yang berbeda dalam menjalankan ibadah puasa di Turki dan AS. Ia mengisahkan: “Di negeri Muslim, di mana kita benar-benar dapat merasakan spirit bulan Ramadan sampai ke hati sanubari, segala sesuatu berkisar mulai dari seputar buka puasa, sahur, dan tarawih, tetapi di Amerika, Ramadan bersifat sangat pribadi, membuat kita menjadi sangat rendah hati, sementara alam sekitar terus berjalan tanpa perbedaan.”
Menjalani masa pendidikannya yang panjang di AS, Merve Kavakci menyandang gelar doktor ilmu politik dari Universitas Howard, Washington, DC, dan kini mengajar di Universitas George Washington, di kota yang sama.
Menurutnya, suasana Ramadan di AS tidak begitu terasa seperti di Turki. Saat berbuka, umumnya, tidak terasa spesial, karena bisa saja seorang Muslim di AS masih berada di kantor dalam jam kerja. “Ramadan di Amerika bagi saya acapkali hanya berupa sepotong makanan ringan untuk pembuka saat matahari terbenam, pada masa rehat sejenak antara dua kelas. Tentu saja terdapat rasa persatuan, karena kita di sini adalah golongan minoritas. Sebegitu kecilnya jumlah kita, sehingga kita merasa sangat dekat dan saling menyayangi,” demikian ungkap Merve Kavakci.
Kelebihan atau rasa nikmatnya menjadi kelompok minoritas di AS, terutama dalam bulan Ramadan ini, kata Kavakci, membuat rasa persaudaraan lebih erat di kalangan sesama Muslim. Sama-sama datang berbuka di sebuah masjid, dan melaksanakan ibadah solat tarawih pada malam hari. Ini semua, menurutnya, membawa energi yang khas dalam kehidupan.
Dr. Merve Safa Kavakci, ibu dua puteri yang telah tamat perguruan tinggi, aktif di berbagai forum, baik tingkat nasional maupun internasional. Isu-isu yang digelutinya adalah demokratisasi di dunia Islam, politik di Turki dewasa ini, wanita dalam Islam, dan wanita Muslim dalam percaturan politik. Ia juga giat dalam aktivitas lintas agama atau interfaith untuk menjalin kerukunan antar agama di AS.
Kavakci mengungkapkan, seluruh anggota keluarganya aktif dalam kegiatan interfaith. Ayahnya, Dr. Yusuf Ziya Kavakci, mewakili kaum Muslim pada upacara doa pembukaan sidang senat negara bagian Texas di Austin, pada tahun 2007. Kedua puterinya, Fatimah dan Mariam, juga aktif di kalangan kaum muda, sementara Dr. Merve Kavakci sendiri pernah memimpin sebuah panel dalam konferensi agama-agama sedunia di Barcelona, Spanyol, pada tahun 2004.
Ditanyakan mengenai makna konsep lintas agama, ia menerangkan, “Kerukunan antar agama adalah mengenai pengakuan dan sikap saling menghormati. Sikap yang mengatakan, saya ingin belajar tentang agama Anda dan melihat kesamaan yang kita miliki sebagai kaum yang agamis, sehingga kita bisa lebih memusatkan pada kesamaan tersebut untuk menggalakkan perdamaian.”
Kavakci selanjutnya menjelaskan bahwa hubungan lintas agama tidak lantas berarti berkompromi mempraktekkan gabungan berbagai ajaran agama (sinkretisme), tetapi adalah bagaimana menciptakan rasa hormat dan pengertian di kalangan para penganut agama yang berbeda; sementara pelaksanaannya mengacu pada penerapan agama masing-masing. Kavakci menandaskan, “Saya percaya terhadap sangat perlunya mejalin pengertian antar manusia dengan agama-agama mereka. Islam adalah agama yang merangkul ajaran-ajaran yang diturunkan kepada Nabi Isa, Alaihissalam, Nabi Musa, Alaihissalam, dan semua nabi lainnya. Jadi ini semacam tenunan kebajikan.”
Agama Islam acapkali disebut sebagai the misunderstood religion atau agama yang disalahartikan, terutama di dunia Barat. Oleh karena itu, Kavakci menganjurkan agar setiap Muslim giat menjadi duta persahabatan.
Dia menekankan: "Dialog lintas agama adalah sebuah proses memberikan informasi tentang diri kita, meruntuhkan kesalahfahaman mengenai Islam yang banyak sekali terjadi. Jadi, adalah penting untuk terjun dalam masyarakat, dengan menjadi seorang Muslim yang baik, bertingkah laku sebagai Muslim yang baik, berbicara sebagai Muslim yang baik.”
Dr. Merve Safa Kavakci, yang menyatakan bahwa berkerudung adalah bagian dari jati dirinya sebagai muslimah, menghargai kebebasan beragama di AS, dan dia bekerja keras untuk berpartisipasi menciptakan sebuah mozaik indah di tanah airnya kini.