China telah memerintahkan penutupan konsulat AS di Chengdu, sebagai pembalasan atas keputusan AS untuk menutup konsulat China di Houston, Texas, mulai hari Jumat (24/7).
Ada juga seruan di media China dan jajak pendapat di Twitter agar Beijing “memukul lebih keras” dengan menutup konsulat AS di Hong Kong, sementara Presiden Donald Trump mengisyaratkan tentang penutupan lebih banyak lagi konsulat China di AS.
Dua analis yang berbicara kepada VOA menyatakan bahwa aksi saling memerintahkan penutupan ini meruncing, hubungan AS-China akan menurun, dengan kemungkinan yang terburuk belum muncul.
Perang Dingin Baru
“Ini adalah eskalasi ketegangan diplomatik. Ini adalah Perang Dingin baru yang diluncurkan secara bertahap oleh AS dan China,” kata Sang Pu, komentator politik di Hong Kong.
“Hubungan AS- China telah mencapai titik terendah sejak pandemi virus corona merebak atau, secara khusus, undang-undang keamanan nasional Hong Kong mulai berlaku,” kata Shin Yong, profesor ilmu hubungan internasional di Renmin University, Beijing, kepada VOA.
Masih ada empat bulan sebelum pemilihan presiden AS dan enam bulan sebelum pemerintahan yang baru menjabat di Gedung Putih, kata Shin. Ia memperkirakan bahwa selama masa tersebut, Trump tidak diragukan lagi akan membuat banyak lagi kebijakan untuk memperburuk hubungan antara kedua negara.
Langkah Baru Jelang Pemilu
Ia meyakini bahwa perintah penutupan konsulat di Houston bukan hanya dimaksudkan untuk memprovokasi China, tetapi juga sebagai langkah Trump untuk membalik hasil jajak pendapat yang menunjukkan penurunan dukungan terhadapnya.
Ia mengatakan China mendapati bahwa tuduhan-tuduhan yang dikemukakan Departemen Luar Negeri AS tidak berdasar, meskipun pemerintahan Trump mengemukakan bahwa penutupan konsulat di Houston itu dapat dibenarkan sepenuhnya.
David Stilwell, pakar kebijakan di Asia Timur dan Pasifik di Departemen Luar Negeri AS, mengatakan kepada surat kabar The New York Times, Rabu (22/7) bahwa konsulat Houston memiliki riwayat terlibat dalam “perilaku subversif” dan menjadi pusat pencurian riset di AS.
Ia mengatakan Konsul Jenderal Cai We dan dua diplomat China lainnya kedapatan menggunakan identitas palsu untuk mengantar pengunjung asal China pada 31 Mei ke kawasan pintu masuk penerbangan carteran dari sebuah bandara di Houston.
Stilwell menambahkan bahwa beberapa pencurian ilmiah oleh China di AS telah meningkat dalam enam bulan ini dan mungkin terkait upaya-upaya mengembangkan vaksin untuk virus corona, sebut The Times.
Menanggapi ini, Cai membantah klaim tersebut dalam wawancara dengan KTRK-TV di Houston. “Mana buktinya?” tanyanya. Ia menyebut pejabat AS sebagai pembohong. [uh/ab]