China hari Minggu (15/1) memulai kembali layanan kereta api berkecepatan tinggi antara Hong Kong dan China daratan, yang pertama sejak perebakan luas pandemi virus corona pada Maret 2020. Langkah ini diambil setelah seminggu sebelumnya China mencabut pembatasan perjalanan pasca pembatalan kewajiban karantina untuk mereka yang tiba di negara itu.
Pembukaan kembali layanan kereta api itu juga terjadi di tengah gelombang besar infeksi di seluruh China, dan sehari setelah pihak berwenang mengatakan hampir 60.000 orang meninggal di rumah-rumah sakit akibat COVID-19, menyusul pencabutan kebijakan nol-COVID setelah diprotes warga.
Terlepas dari perebakan kasus baru COVID-19, sebagian penumpang menyuarakan kegembiraan dan kelegaan karena dapat mudik dengan lebih mudah menjelang Tahun Baru Imlek.
“Dimulainya kembali kereta api berkecepatan tinggi membuat kami sangat nyaman dan membawa kami lebih dekat ke kampung halaman,” ujar Mang Lee, 33, yang bersama puluhan orang lainnya menjalani pemeriksaan perbatasan di stasiun West Kowloon, Hong Kong, sebelum naik kereta. “Dalam tiga tahun terakhir tidak mudah memasuki China dengan cara apapun karena COVID-19,” tambah Mang, yang berasal dari kota Guangzhou. “Saya sudah lama tidak mudik.”
Lonjakan perjalanan menjelang perayaan Tahun Baru Imlek diperkirakan akan terjadi pada 21 Januari, ketika ratusan juta orang pulang kampung. Ini juga memicu kekhawatiran akan lebih banyaknya kasus baru COVID-19. Jumlah kematian yang diperbarui Sabtu lalu menunjukkan peningkatan besar dibanding angka sebelumnya, menyusul kritik global terhadap data virus corona di China.
Langkah memulai kembali layanan kereta api cepat itu dipuji Badan Kesehatan Dunia (WHO), meskipun badan itu tetap meminta data yang lebih rinci. Angka yang diberikan China saat ini masih jauh dari prediksi para pakar kesehatan internasional yang mengatakan China bisa jadi memiliki lebih dari satu juta kematian akibat COVID-19 tahun ini. [ka/em]
Forum