Tautan-tautan Akses

China: Hubungan dengan Jepang dalam 'Tahap Kritis'


Menteri Luar Negeri China Wang Yi melambaikan tangan ketika ia meninggalkan konferensi pers di Tokyo, Jepang, pada 24 November 2020. (Foto: Reuters/Issei Kato/Pool)
Menteri Luar Negeri China Wang Yi melambaikan tangan ketika ia meninggalkan konferensi pers di Tokyo, Jepang, pada 24 November 2020. (Foto: Reuters/Issei Kato/Pool)

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menegaskan kepada mitranya dari Jepang pada Jumat (26/7) bahwa hubungan antara Beijing dan Tokyo sedang berada dalam situasi kritis. Mereka mendiskusikan berbagai masalah sensitif, termasuk penahanan warga negara Jepang di China, larangan impor pangan, dan pembatasan semikonduktor.

Wang Yi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa di sela-sela pertemuan para menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang diadakan di Laos. Pertemuan ini berlangsung menjelang KTT Asia Timur pada Sabtu (27/7) dan Forum Regional ASEAN yang akan membahas isu-isu keamanan.

Hubungan antara kedua negara tetangga tersebut telah memanas dalam beberapa tahun terakhir karena berbagai isu termasuk klaim teritorial, ketegangan perdagangan, dan kemarahan Beijing atas keputusan Tokyo untuk membuang air olahan dari pabrik nuklir Fukushima yang terkontaminasi ke laut.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pejabat China dan Jepang telah mulai melanjutkan pembicaraan konsultasiu ntuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, menandakan bahwa hubungan kedua negara mungkin berada pada jalur yang lebih stabil.

"Hubungan China-Jepang saat ini berada di titik kritis: maju atau mundur," ujar Wang kepada Kamikawa, menurut keterangan resmi Kementerian Luar Negeri China.

"Kebijakan China terhadap Jepang selalu menjaga stabilitas dan keberlanjutan. Diharapkan pihak Jepang akan membangun persepsi yang objektif dan benar tentang China serta mengejar kebijakan yang positif dan rasional terhadap China," katanya.

Dalam pertemuan langsung pertama mereka dalam delapan bulan, Kamikawa secara tegas mendesak pencabutan pembatasan impor yang diberlakukan Beijing terhadap produk makanan Jepang setelah kebocoran air PLTN Fukushima.

Dia juga meminta agar tahanan Jepang di China dibebaskan lebih awal. Penangkapan seorang eksekutif dari perusahaan farmasi Jepang, Astellas Pharma, di China tahun lalu telah menimbulkan dampak yang dianggap cukup merugikan oleh beberapa pejabat di Tokyo. Buntut masalah itu, investasi Jepang di China merosot, dan para ekspatriat Jepang memilih pindah.

"Sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan warga negara Jepang dan perusahaan Jepang beroperasi di China dengan tenang," kata Kamikawa kepada Wang, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Jepang.

Jepang, yang merupakan sekutu dekat AS, bersama dengan negara-negara G7 lainnya, berupaya membatasi hubungan ekonominya dengan China di bidang-bidang strategis. Mereka juga bekerja sama dengan Washington dalam menerapkan pembatasan untuk mengurangi akses Beijing ke semikonduktor canggih.

Kamikawa mengatakan kepada Wang bahwa pembatasan ekspor semikonduktor Jepang tidak ditujukan kepada negara tertentu. Jepang juga siap untuk menjaga komunikasi yang konstruktif dengan China mengenai masalah ini, menurut pernyataan dari pihak China.

Kedua menteri sepakat untuk menjalin komunikasi secara berkala. Baik Beijing dan Tokyo saling mengundang untuk berkunjung ke negara masing-masing guna melanjutkan diskusi, menurut Kementerian Luar Negeri Jepang. [ah/ft]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG