China telah mengerahkan pasukan baru ke pangkalan militernya di Hong Kong di tengah krisis politik terburuk di wilayah itu sejak kembali ke pemerintahan China pada tahun 1997.
Kantor berita Xinhua yang dikelola oleh pemerintah menggambarkan pengerahan itu hari Kamis sebagai rotasi rutin personel dan peralatan ke dalam garnisun Tentara Pembebasan Rakyat di pusat keuangan itu. Televisi pemerintah menayangkan rekaman kendaraan pengangkut personel dan truk lapis baja memasuki garnisun setelah melintasi perbatasan dari kota tetangga, Shenzhen.
Hong Kong telah dicengkeram oleh protes dan sering disertai kekerasan selama hampir tiga bulan, yang dimulai sebagai demonstrasi menentang RUU ekstradisi yang kontroversial. Namun, demonstrasi sejak itu berkembang menjadi seruan untuk demokrasi yang lebih besar dan penyelidikan independen terhadap tuduhan mengenai terjadinya kebrutalan polisi.
Kepolisian kota Hong Kong hari Kamis (29/8) menolak untuk memberikan izin kepada kelompok aktivis Front Hak Asasi Manusia untuk menggelar aksi massa lagi pada hari Sabtu, dengan alaan terjadi bentrokan keras antara polisi anti huru hara dan demonstran dalam demonstrasi akhir pekan lalu.
Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air terhadap para demonstran yang memisahkan diri dari kelompok demonstran damai yang jumlahnya lebih besar. Sebagian pengunjuk rasa melemparkan batu bata ke arah polisi, menyerang mereka dengan tongkat dan potongan kayu dan besi, serta menyemprotkan deterjen di jalan-jalan agar menjadi licin dan sulit dilewati oleh polisi. [lt/uh]