China pada Selasa (3/1) menyatakan berkeberatan atas peraturan baru tes COVID-19 bagi warganya yang melakukan perjalanan ke luar negeri yang telah diberlakukan oleh sejumlah negara. China menyatakan langkah itu “tidak memiliki landasan ilmiah.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning mengatakan kepada wartawan pada jumpa pers bahwa China akan memberlakukan “tindakan balasan berdasarkan pada prinsip timbal balik.”
China menghadapi lonjakan infeksi COVID-19, sementara pemerintah negara-negara lain menyalahkan China yang tidak bersikap transparan mengenai data infeksi.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengumumkan pekan lalu bahwa para penumpang pesawat udara dari China akan diharuskan menunjukkan hasil tes negatif COVID-19 atau bukti telah pulih sebelum diizinkan menaiki pesawat. CDC mengutip alasan “kurangnya data sekuensi genom virus dan epidemiologis yang transparan dan memadai yang dilaporkan” oleh China.
“Data ini penting untuk memantau lonjakan kasus secara efektif dan mengurangi peluang masuknya varian baru yang menjadi perhatian,” kata CDC.
Inggris, Prancis, Kanada, Korea Selatan, Spanyol dan Qatar termasuk di antara sekelompok negara lain yang telah mengumumkan kewajiban tes serupa bagi para pengunjung dari China.
Para pejabat Uni Eropa dijadwalkan bertemu hari Rabu untuk membahas pendekatan terpadu mengenai kebijakan COVID China. [uh/ab]
Forum