China telah menutup akses keluar masuk di sebuah desa lain di Mongolia Dalam, Sabtu (8/8), setelah seorang warga meninggal dunia akibat penyakit pes. Langkah itu merupakan karantina wilayah kedua di kawasan itu dalam dua hari.
Menurut pernyataan Komisi Kesehatan Bayannaoer, seorang pasien lokal yang mengidap penyakit tersebut, meninggal dunia pada Jumat (7/8) karena penurunan fungsi organ. Dia merupakan korban kedua dari wabah yang dilaporkan bulan ini di kawasan China utara itu.
"Daerah tempat tinggal korban ditutup, dan penyelidikan epidemiologi komprehensif sedang dilakukan," kata pengumuman yang dimuat di situs resminya.
Karantina wilayah pertama diumumkan pada Kamis (6/8) di kota sebelah, ketika komisi kesehatan Baotou mengumumkan seorang warga desa disana meninggal dunia karena sistem pernapasannya gagal berfungsi.
Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization/WHO). Wabah pes sangat menular dan seringkali berujung fatal, "dengan rasio fatalitas 30 persen -100 persen apabila tidak ditangani."
Pihak berwenang di kedua kota itu segera mengeluarkan peringatan tingkat ketiga yang diberlakukan hingga akhir 2020 untuk mencegah penyebaran penyakit. Itu merupakan tingkat kedua terendah dalam sistem empat tingkat.
Meski pada umumnya disebarkan oleh tikus, pihak berwenang di kedua kota itu telah memperingatkan bahwa penularan dari manusia ke manusia mungkin terjadi. "Saat ini, ada risiko wabah manusia tersebar di kota kami," demikian bunyi pernyataan tertulis itu. [vm/ft]