China, Rabu (28/2), mengumumkan bahwa Li Hui, utusannya untuk Eurasia, akan mengunjungi Rusia, Ukraina, dan markas besar Uni Eropa pada pekan ini untuk melakukan pembicaraan mengenai perang dua tahun antara Rusia dan Ukraina.
Kunjungan itu akan mewakili "putaran kedua diplomasi bolak-balik dalam mengupayakan penyelesaian politik atas krisis Ukraina", kata Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan. Ditambahkan bahwa Li juga akan pergi ke Prancis, Jerman, dan Polandia.
Li mengunjungi wilayah tersebut pada tahun lalu sebagai bagian dari upaya menengahi konflik. Ia mengadakan pembicaraan di Moskow, Kyiv dan sejumlah ibu kota negara di Eropa. China mengatakan mereka bersikap netral dalam perang Rusia-Ukraina tetapi negara itu dikritik karena menolak mengutuk Rusia yang menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
China merilis makalah pada tahun lalu, menyerukan “penyelesaian politik” atas konflik tersebut. Namun, menurut negara-negara Barat, itu akan memungkinkan Rusia mempertahankan sebagian besar wilayah yang telah mereka rebut di Ukraina.
China, Rabu (28/2), mengatakan bahwa “yang paling mendesak saat ini adalah memulihkan perdamaian”. “Dalam dua tahun ini, kami tidak pernah menyerah dalam upaya mendorong perdamaian dan tidak pernah berhenti mendorong perundingan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning dalam pengarahan.
Mao menambahkan, “Semua yang kami lakukan mengarah pada satu target, yaitu membangun konsensus untuk mengakhiri perang itu dan membuka jalan bagi perundingan damai. Kami akan terus memainkan peran unik kami, melakukan diplomasi bolak-balik, membangun konsensus di antara semua pihak, dan menyumbangkan kebijaksanaan China untuk mendorong penyelesaian politik bagi krisis Ukraina.”
China dan Rusia telah meningkatkan kerja sama dalam bidang ekonomi dan kontak diplomatik dalam beberapa tahun ini. Kemitraan strategis mereka juga semakin erat sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan pada pertemuan puncak di Moskow tahun lalu bahwa hubungan keduanya “memasuki era baru”. Di Rusia minggu ini, Wakil Menteri Luar Negeri China Sun Weidong menyatakan hubungan “berada pada periode terbaik dalam sejarah”.
Para analis mengatakan China memegang kendali dalam hubungan dengan Rusia. Pengaruh China semakin besar seiring semakin mendalamnya isolasi internasional terhadap Rusia. [ka/aa]
Forum