PARIS —
Saya tidak akan mengecewakan Anda seperti Lance Armstrong. Gelar juara Tour de France kali ini adalah nyata.
Demikian janji atlet Inggris Chris Froome sebagai juara baru kompetisi bersepeda dunia yang dinodai skandal doping selama bertahun-tahun itu.
Karena kecurangan yang dilakukan banyak pembalap sebelumnya, Froome menghadapi serangkaian pertanyaan saat ia mendominasi kejuaraan tahun ini, dengan kekhawatiran yang sama: Dapatkah kami mempercayai Anda?
Ia bersikeras menjawab ‘ya’. Olahraga ini telah berubah, ujarnya. Ia menghadapi semua cecaran dengan sopan dan cerdik. Ia mengatakan paham dengan keraguan yang ada. Dan di atas podium di Paris, berkostum kaos kuning terang, Froome meminta para penjaga kompetisi berusia 100 tahun dan mereka yang mencintai olahraga ini untuk mempercayainya.
“Kaos kuning ini akan bertahan dengan waktu,” ujarnya.
Froome, 28, melintasi garis finish di Champs Elysees, Paris, bersamaan dengan anggota timnya Minggu (21/7) untuk memenangkan kejuaraan bersepeda terbesar itu dan memberikan kemenangan kedua bagi Inggris secara berturut-turut setelah Bradley Wiggins pada 2012.
Selama tiga minggu kejuaraan, atlet kelahiran Kenya itu mendominasi jalur perbukitan dan dalam hal waktu.
Tanpa kesulitan, Froome melintasi etape ke-21 atau final, yaitu jalur sepanjang 133,5 kilometer dari Versailles yang berakhir di Paris.
Pembalap Inggris itu mendahului Nairo Quintana dari Kolombia yang menjadi juara dua dengan perbedaan waktu empat menit dan 20 detik, sementara posisi ketiga diraih oleh Joaquim Rodriguez dari Spanyol. Ketiganya tidak pernah gagal dalam tes obat-obatan atau pernah secara langsung terimplikasi dalam skandal doping. (AP/Reuters)
Demikian janji atlet Inggris Chris Froome sebagai juara baru kompetisi bersepeda dunia yang dinodai skandal doping selama bertahun-tahun itu.
Karena kecurangan yang dilakukan banyak pembalap sebelumnya, Froome menghadapi serangkaian pertanyaan saat ia mendominasi kejuaraan tahun ini, dengan kekhawatiran yang sama: Dapatkah kami mempercayai Anda?
Ia bersikeras menjawab ‘ya’. Olahraga ini telah berubah, ujarnya. Ia menghadapi semua cecaran dengan sopan dan cerdik. Ia mengatakan paham dengan keraguan yang ada. Dan di atas podium di Paris, berkostum kaos kuning terang, Froome meminta para penjaga kompetisi berusia 100 tahun dan mereka yang mencintai olahraga ini untuk mempercayainya.
“Kaos kuning ini akan bertahan dengan waktu,” ujarnya.
Froome, 28, melintasi garis finish di Champs Elysees, Paris, bersamaan dengan anggota timnya Minggu (21/7) untuk memenangkan kejuaraan bersepeda terbesar itu dan memberikan kemenangan kedua bagi Inggris secara berturut-turut setelah Bradley Wiggins pada 2012.
Selama tiga minggu kejuaraan, atlet kelahiran Kenya itu mendominasi jalur perbukitan dan dalam hal waktu.
Tanpa kesulitan, Froome melintasi etape ke-21 atau final, yaitu jalur sepanjang 133,5 kilometer dari Versailles yang berakhir di Paris.
Pembalap Inggris itu mendahului Nairo Quintana dari Kolombia yang menjadi juara dua dengan perbedaan waktu empat menit dan 20 detik, sementara posisi ketiga diraih oleh Joaquim Rodriguez dari Spanyol. Ketiganya tidak pernah gagal dalam tes obat-obatan atau pernah secara langsung terimplikasi dalam skandal doping. (AP/Reuters)