Tautan-tautan Akses

COVID-19 Semakin Ungkap Gangguan Pendengaran


Dua orang penyandang tuli berbicara dengan bahasa isyarat di gerai Starbucks di Washington DC (foto: ilustrasi).
Dua orang penyandang tuli berbicara dengan bahasa isyarat di gerai Starbucks di Washington DC (foto: ilustrasi).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan satu dari 10 orang di dunia diperkirakan mengidap gangguan pendengaran pada tahun 2050. Tetapi di Amerika, menurut pejabat Kesehatan, sekitar 20% populasi orang dewasa sudah mengalami gangguan itu dan pandemi virus corona semakin menonjolkan masalah itu.

Sewaktu memperingati Hari Pendengaran Sedunia pada 3 Maret, Angela Shoup, presiden American Academy of Audiology, mengatakan kepada VOA bahwa pandemi virus corona telah memunculkan masalah pendengaran yang sebelumnya tidak disadari penderitanya, sewaktu “mereka berusaha memahami orang-orang yang memakai masker."

Para pakar juga mengkhawatirkan generasi mendatang Amerika. Anak-anak dengan masalah pendengaran sering menunjukkan prestasi yang buruk di sekolah, dan gangguan pendengaran pada remaja terus meningkat.

Saat ini, satu dari lima remaja menunjukkan berbagai tingkat gangguan pendengaran, menurut Hearing Loss Association of America. Jumlah ini naik lebih dari 30 persen sejak 1990-an, yang sampai batas tertentu berkaitan dengan "mendengarkan musik keras," kata Shoup.

Menurut WHO, sekitar 466 juta orang di seluruh dunia kesulitan mengatasi gangguan pendengaran. Pada tahun 2050, angka ini bisa meningkat menjadi 900 juta orang.[ka/jm]

XS
SM
MD
LG