Washington memusatkan perhatian pada dampak lawatan Presiden Amerika Donald Trump ke Polandia dan KTT G-20 di Jerman. Sementara itu, penyelidikan mengenai dugaan keterlibatan kubu kampanye Trump dengan Rusia menemukan fakta-fakta baru.
Wartawan VOA Michael Bowman melaporkan, pertemuan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terus menimbulkan reaksi tajam dari para legislator Amerika dari semua kubu politik.
Beberapa jam setelah tiba di Gedung Putih, Presiden Donald Trump kembali mengeluarkan cuitan di Twitter, menyatakan bahwa ia dan Presiden Rusia Vladimir Putih telah meninggalkan isu campur tangan Rusia dalam pemilu Amerika.
Trump menyebut bantahan Putin bahwa Rusia telah bertindak salah, dan menulis “sudah waktunya untuk melangkah maju dalam bekerja sama secara konstruktif dengan Rusia,” serta mengumumkan rencana prakarsa bersama Amerika-Rusia mengenai keamanan di dunia maya.
Steve Mnuchin, Menteri Keuangan Amerika, dalam acara televisi ABC This Week mengemukakan, “Secara keseluruhan lawatan itu sangat sukses.”
Para pejabat pemerintah menyatakan Trump dan Putin melakukan dialog panjang dan bermanfaat.
“Lihatlah apa yang dibahas dan apa yang dicapai. Ia sepenuhnya membahas tentang situasi pemilu. Ia berfokus pada gencatan senjata di Suriah, yang merupakan pencapaian penting. Ia membahas tentang Ukraina dan berbicara mengenai Korea Utara,” lanjut Mnuchin.
Di Twitter, Senator partai Republik Marco Rubio membandingkan kemitraan dengan Putin mengenai keamanan di dunia maya dan bermitra dengan presiden Suriah untuk mengendalikan senjata kimia.
Di kalangan Demokrat, legislator Adam Schiff mengeluarkan cuitan bahwa Trump telah merusak posisi Amerika karena mempertanyakan intelijen Amerika mengenai campur tangan Rusia dalam pemilu sebelum pertemuannya dengan Putin. Senator Mark Warner menekankan perlunya memperkuat, bukannya melonggarkan, sanksi-sanksi Amerika terhadap Rusia.
Para pengecam Trump tidak melihat gambaran besarnya, kata para pejabat pemerintah.
Menteri Keuangan Steve Mnuchin dalam acara ABC This Week mengemukakan, “Kita menghadapi beberapa isu yang sangat serius untuk ditangani, yaitu: Suriah, gencatan senjata, keduanya merupakan kepentingan kita, dan penegakan zona larangan terbang; menangani isu-isu di Ukraina, yang sangat penting: menghadapi Korea Utara dan misil-misil balistik. Itulah yang menjadi fokus perhatian Presiden.”
Sementara itu, dugaan keterlibatan kubu kampanye Trump dengan Rusia semakin meruncing. Media-media di Amerika melaporkan, dua pekan setelah ayahnya ditetapkan sebagai kandidat presiden oleh partai Republik, Donald Trump Jr bertemu dengan seorang pengacara yang memiliki koneksi dengan Kremlin, yang menjanjikannya informasi mengenai kandidat lawan ayahnya, Hillary Clinton.
Trump, putra sulung Presiden yang kini mengelola konglomerat properti ayahnya, bertemu dengan pengacara Rusia Natalia Veselnitskaya, di Trump Tower pada 9 Juni 2016, sebut harian The New York Times.
Dalam suatu pernyataan, Trump Jr. mengemukakan bahwa ia setuju untuk bertemu atas permintaan seorang teman yang ia kenal dari ajang pemilihan Miss Universe 2013 - kontes yang dulu dikelola ayahnya. Trump mengatakan ia tidak diberitahu nama pengacara tersebut sebelum pertemuan, tetapi diberitahu bahwa pengacara tersebut mungkin memiliki informasi yang “berguna bagi kampanye” kepresidenan ayahnya. [uh/ab]