Pandemi virus corona telah mempengaruhi sektor minyak Indonesia baik terhadap target produksi maupun penerimaan pendapatan migas. Sejalan dengan kondisi ini pemerintah kini memprioritaskan pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri dan melakukan penyesuaian terhadap investasi-investasi yang berkaitan dengan sektor minyak.
Sampe L. Purba, praktisi energi Indonesia mengatakan bahwa produksi minyak mentah Indonesia saat ini turun menjadi 730 ribu barel per hari, sementara konsumsi minyak turun 20% dari normal 1,4 juta barel perhari. Pemerintah memenuhi kekurangan pasokan BBM dalam negeri dengan mengimpor dari berbagai negara seperti Timur Tengah, Afrika, bahkan dari Amerika.
“Kita ini sudah merupakan net importir minyak, tapi net importir minyak mentah, kalau untuk menjadi produk tentunya kita akan menyesuaikan, karena bagaimanapun pemerintah memiliki kewajiban untuk memastikan ketersedian BBM di seluruh Indonesia untuk semua kalangan,” kata Sampe Purba.
BBM bensin di beberapa negara lain seperti di Malaysia dijual berkisar Rp 5.219 per liter sementara di Amerika yang tidak menerapkan subsidi sekitar Rp 6.900 per liter.
Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) di Indonesia menjual BBM dengan harga beragam, sesuai dengan kategori yang ditetapkan pemerintah untuk BBM Umum (non subsidi), BBM Khusus dan BBM subsidi.
Nunik, manajer SPBU di Denpasar mengatakan BBM bensin non subsidi dijual pada kisaran Rp 9.000.
“Kalau premium dan solar itu masih tergolong barang yang disubsidi oleh pemerintah, di luar itu non subsidi. Harga premium biasa Rp 6.450 kalau solarnya Rp 5.150,” kata Nunik.
Sebagian kalangan belakangan mendesak pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM di dalam negeri terkait penurunan harga minyak global. Purba meragukan alasan desakan penyesuaian ini, mengingat di tengah situasi pandemi, masyarakat tidak banyak mengkonsumsi BBM. Ia menekankan kebijakan harga BBM di Indonesia terkait erat dengan tiga hal, pergerakan harga minyak global, pergerakan kurs, dan permintaan BBM.
“Bukan tidak mungkin akan dilakukan penyesuaian, tetapi dengan mempertimbangkan ketiga hal-hal ini, sebab sekali diturunkan atau disesuaikan ke bawah tiba-tiba harga naik, nanti menjadi tidak mudah ketika dilakukan penyesuaian kembali,” kata Purba.
Beberapa pengamat kebijakan energi pemerintah menganggap produksi minyak dan harga BBM penting dicermati karena terkait dengan dana subsidi BBM, yang menurut mereka bisa dialihkan untuk membantu masyarakat di tengah pandemi.
Sampe L. Purba mengatakan pemerintah telah berupaya membantu meringankan masyarakat dengan memberikan potongan (diskon) harga BBM, namun mengatakan masyarakat tidak bisa membandingkan harga minyak di luar negeri karena kebijakan subsidi silang yang dilakukan untuk memastikan ketersediaan BBM bagi seluruh masyarakat. [my/jm]