Teknologi di balik bitcoin dan mata uang digital lainnya semakin dilirik oleh banyak perusahaan dan bidang usaha konvensional.
Yang dikenal sebagai blockchain, ini adalah sebuah buku besar digital publik yang mencatat semua transaksi mata uang digital yang sedang berlangsung dalam sebuah jaringan komputer tersebar. Begitu mereka dicatat, transaksi tidak dapat lagi diedit atau dihapus, sehingga transaksi tersebut ditambahkan ke dalam sebuah “rantai.”
“Mirip seperti berbagi file Excel dalam sebuah kelompok karyawan di kantor anda, namun anda tidak tahu persis siapa yang memperbaharui catatan buku besar itu,” jelas Hudson Jameson, CEO dan pimpinan blockchain dari Oaken Innovations. “Setiap kali anda memperbaharui file tersebut, transaksi buku besar itu diperbaharui di seluruh komputer dalam jaringan.”
Hilangkan peran perantara
Blockchain menghapus kebutuhan adanya peran pihak perantara, dengan mengandalkan jaringan terdesentralisasi komputer, atau simpul, untuk memverifikasi semua transaksi. Bitcoin memanfaatkan teknologi buku besar digital publik untuk memungkinkan, pembayaran dari satu pihak ke pihak lain, tanpa mengungkapkan jati diri, yang menjadi alasan mengapa mata uang digital acap kali dihubungkan dengan aktivitas ilegal.
Namun para pengembang teknologi ini dapat sama bermanfaatnya dalam aplikasi komersial tradisional.
“Ada keseluruhan tren dari teknologi buku besar skala perusahaan, yang intinya memanfaatkan aspek-aspek teretentu dari teknologi buku besar digital publik, seperti buku besar yang dibagi secara global, namun tanpa adanya mata uang digital asli, jadi intinya adalah sebuah cara untuk menampilkan neraca keuangan secara nyata dan sekedar bertransaksi lebih efisien dengan rekan-rekan mereka,” ujar Alex Sunnarborg, seorang analis peneliti di Coindesk.
“Lebih banya orang yang menggunakan semua jaringan ini dan ruang yang ada benar-benar meningkat pesat,” imbuh Sunnarborg.
Kompetisi dari perusahaan rintisan
Protokol buku besar digital Bitcoin juga mendapat pesaing dari perusahaan rintisan seperti Ethereum, yang menerbitkan ether, mata uang digital pesaing. Sama seperti Bitcoin, protocol Ethereum juga open-source. Para pengguna tidak hanya dapat melakukan transaksi dengan ether, namun para pengembang yang tertarik dapat memprogram dan membangun aplikasi yang berjalan di protokol buku besar digital publik yang sama dan menggunakan ether sebagai bentuk pembayaran.
Perusahaan rintisan yang didirikan oleh Jameson mengembangkan sarana perangkat keras dan perangkat lunak untuk mobil yang berbasis teknologi buku besar digital publik Ethereum.
“Kami menyertakan simpul Ethereum pada mobil Tesla, dan kapanpun kendaraan itu melintasi jembatan tol, simpul Ethereum … akan berinteraksi dengan jembatan tol dan secara otonomi membayar biaya tol di jembatan tersebut,” ujar Jameson. “Apabila anda pertimbangkan apa yang dilakukan oleh sebuah jembatan tol sekarang, anda melintasi jembatan tol dan anda harus membayar biaya transaksi kartu kredit. Ini adalah sistem jembatan tol yang bekerja dengan beragam perusahaan … namun dengan sistem kami, sistem ini bekerja antar mesin.”
Komunikasi antara mesin ini memungkinkan akses langsung pada mata uang digital yang disimpan di dompet digital seseorang. Transaksi diproses langsung di tempat tanpa harus keluar dari jaringan.
“Para produsen mobil saat ini mulai melirik teknologi buku besar digital publik, mereka menyaksikan kemampuan dari teknologi ini … masa depan dari mobil-mobil otonomi dan beberapa aplikasi berbagi data … dan teknologi buku besar digital publik akan menjadi salah satu bagiannya,” ujar Jameson.
Korporasi-korporasi mulai menjajaki manfaatnya
Perusahaan-perusahaan seperti Toyota, UnitedHealth Group, dan Fidelity sedang menjajaki teknologi buku besar digital publik sebagai cara untuk merampingkan operasional dan menekan biaya. Terkait dengan aktivitas tersebut, mereka juga mengizinkan pemanfaatan legalitas mereka di jagat itu.
“Tidak lagi sekedar bitcoin … teknologi ini diawali dengan mata uang, namun secara keseluruhan teknologi desentralisasi antar pihak benar-benar meluncurkan tren yang keseluruhannya lebih dari sekedar uang,” ujar Sunnarborg.
Hanya waktu yang akan membuktikan apakah teknologi buku besar digital publik dapat memicu reaksi berantai.
“Bagaimana teknologi berevolusi ke dalam tatanan pemerintahan masih harus ditunggu,” imbuh Sunnarborg. “Namun pada titik ini sulit untuk menghentikannya, teknolgi ini mirip seperti seekor kucing yang melompat dari karung. Teknologi ini sudah tersedia, dan orang-orang akan terus bertransaksi dengan teknologi ini.” [ww]