Alunan musik angklung juga bisa ditemukan di kota San Francisco, California. Para perempuan warga Indonesia yang tergabung dalam kelompok angklung “Cendrawasih” nampak giat berlatih. Berawal dari kelompok pengajian, mereka kemudian membentuk Angklung “Cendrawasih” sebagai hiburan untuk melepaskan penat dari kesibukan pekerjaan dan rumah tangga sehari-hari.
Kiki Barkiah, sang penggagas Angklung “Cendrawasih” mengatakan, ”Angklung dipilih karena angklung adalah salah satu alat musik yang bisa melibatkan banyak orang, tanpa harus memiliki kemampuan dalam bermain musik.”
Awalnya kelompok ini berlatih memakai perangkat angklung milik Konsulat Jenderal RI di San Francisco, namun mereka kemudian berupaya untuk membeli perangkat musik itu sendiri.
Mereka akhirnya kini memiliki 3 set perangkat angklung. Walau masalah peralatan telah teratasi, mereka masih menghadapi kendala lain, yaitu waktu.
Yuli Grimes, penggagas Angklung “Cendrawasih” lainnya mengatakan mereka sulit untuk mencari waktu yang tepat untuk berkumpul. “Kalau sudah kumpul ada yang telat, kalau sudah ada yang telat, ada yang lapar, jadi waktu latihan mundur bisa sampai 30 menit, 40 menit, 1 jam,” tambahnya lagi.
Namun masalah ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk berlatih. Kelompok Angklung “Cendrawasih” bahkan sudah unjuk kebolehan di berbagai acara budaya seperti “Asian Heritage.” Selain itu mereka juga tampil di acara “International Day” di sekolah-sekolah juga di acara pengumpulan dana bagi korban bencana di tanah air.
Ari Gaal, anggota Angklung “Cendrawasih” mengenang penampilan terakhir mereka di Great America Park Way adalah penampilan yang menurutnya paling berkesan. Penampilan mereka merupakan bagian dari acara Muslim United Day. “Panggung terbesar yang pernah menampung penampilan kami, dan yang tadinya hanya ada beberapa penonton, begitu kita tampil penonton semakin banyak, dan itu benar-benar suatu kebanggaan yang luar biasa,” ujarnya.
Dari sekedar mencari kegiatan yang positif, Angklung “Cendrawasih” kini telah ikut berperan dalam memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya warga Amerika di San Francisco Bay Area.