BANGKOK —
Jalan-jalan tampak sepi di ibukota Thailand setelah demonstrasi selama berminggu-minggu menentang pemerintah. Tetapi para tokoh demonstran tidak bergeming dalam tuntutan mereka agar perdana menteri segera mundur, bahkan sebelum pemilu baru yang dijadwalkan 2 Februari.
Wartawan VOA Steve Herman di Bangkok dan beberapa wartawan lain hari Rabu (11/12) bertemu Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, yang kini adalah pemimpin transisi Thailand.
Hanya beberapa menit sebelum masuk pesawat jet militer Royal Thai Army untuk berkunjung ke Chiang Mai, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra berbicara kepada media asing di hangar pangkalan udara di Bangkok dan mengungkapkan keyakinan bahwa militer tidak akan menggulingkannya.
Yingluck mengatakan, “Kudeta tidak akan menyelesaikan masalah apapun. Itu sebabnya saya pikir dalam situasi saat ini tidak ada satupun pihak yang mau mengambil langkah kekerasan lagi. Kita harus melakukan rekonsiliasi. Itu adalah tujuan yang harus kita capai.”
Para penentangnya, termasuk kalangan kelas menengah di Bangkok dan pihak yang kuat mendukung kerajaan, mengatakan rekonsiliasi mustahil selama PM Yingluck masih di pucuk pimpinan pemerintah. Mereka yakin kekuatan sebenarnya dibalik Yingluck adalah kakaknya yang kini berada di pengasingan.
Mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra tidak bisa pulang ke Thailand kecuali jika mau menjalani vonis dua tahun penjara atas tuduhan korupsi.
Sementara itu, sejumlah anggota Kabinet transisi PM Yingluck meminta polisi agar menangkap seorang tokoh utama demonstrasi yaitu mantan wakil perdana menteri Suthep Taugsuban. Selain menuntut kesetiaan para pegawai negeri, Suthep juga meminta para pemimpin militer dan polisi bertemu dengannya sebelum Kamis sore.
PM Yingluck mengatakan terserah kepada polisi untuk memutuskan apakah akan bertemu Suthep atau menangkapnya.
“Jika negara ini dijalankan tanpa hukum, tidak akan ada yang menerapkan penegakan hukum. Saya pikir kita tidak akan mencapai stabilitas pemerintah, apalagi stabilitas di seluruh Thailand,” ungkap Yingluck.
Suthep, yang keluar dari Partai Demokrasi yang beroposisi, mengatakan ia secara pribadi tidak ingin mengambil alih pemerintahan. Ia terus memimpin upaya “revolusi rakyat” dan mengatakan polisi sebaiknya menangkap PM Yingluck karena pemberontakan.
Suthep dan para demonstran lain yang telah turun ke jalan-jalan selama berminggu-minggu berkeras pemilu baru tidak akan menghilangkan pengaruh Thaksin ataupun mengentaskan korupsi yang meluas.
Partai-partai sekutu Thaksin, seorang konglomerat di bidang telekomunikasi, telah menang dalam setiap pemilu di Thailand sejak 2001.
Wartawan VOA Steve Herman di Bangkok dan beberapa wartawan lain hari Rabu (11/12) bertemu Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, yang kini adalah pemimpin transisi Thailand.
Hanya beberapa menit sebelum masuk pesawat jet militer Royal Thai Army untuk berkunjung ke Chiang Mai, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra berbicara kepada media asing di hangar pangkalan udara di Bangkok dan mengungkapkan keyakinan bahwa militer tidak akan menggulingkannya.
Yingluck mengatakan, “Kudeta tidak akan menyelesaikan masalah apapun. Itu sebabnya saya pikir dalam situasi saat ini tidak ada satupun pihak yang mau mengambil langkah kekerasan lagi. Kita harus melakukan rekonsiliasi. Itu adalah tujuan yang harus kita capai.”
Para penentangnya, termasuk kalangan kelas menengah di Bangkok dan pihak yang kuat mendukung kerajaan, mengatakan rekonsiliasi mustahil selama PM Yingluck masih di pucuk pimpinan pemerintah. Mereka yakin kekuatan sebenarnya dibalik Yingluck adalah kakaknya yang kini berada di pengasingan.
Mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra tidak bisa pulang ke Thailand kecuali jika mau menjalani vonis dua tahun penjara atas tuduhan korupsi.
Sementara itu, sejumlah anggota Kabinet transisi PM Yingluck meminta polisi agar menangkap seorang tokoh utama demonstrasi yaitu mantan wakil perdana menteri Suthep Taugsuban. Selain menuntut kesetiaan para pegawai negeri, Suthep juga meminta para pemimpin militer dan polisi bertemu dengannya sebelum Kamis sore.
PM Yingluck mengatakan terserah kepada polisi untuk memutuskan apakah akan bertemu Suthep atau menangkapnya.
“Jika negara ini dijalankan tanpa hukum, tidak akan ada yang menerapkan penegakan hukum. Saya pikir kita tidak akan mencapai stabilitas pemerintah, apalagi stabilitas di seluruh Thailand,” ungkap Yingluck.
Suthep, yang keluar dari Partai Demokrasi yang beroposisi, mengatakan ia secara pribadi tidak ingin mengambil alih pemerintahan. Ia terus memimpin upaya “revolusi rakyat” dan mengatakan polisi sebaiknya menangkap PM Yingluck karena pemberontakan.
Suthep dan para demonstran lain yang telah turun ke jalan-jalan selama berminggu-minggu berkeras pemilu baru tidak akan menghilangkan pengaruh Thaksin ataupun mengentaskan korupsi yang meluas.
Partai-partai sekutu Thaksin, seorang konglomerat di bidang telekomunikasi, telah menang dalam setiap pemilu di Thailand sejak 2001.