Para pengunjuk rasa melancarkan demonstrasi anti-pemerintah yang jarang terjadi tanggal 15 April untuk mengutarakan kemarahan mereka atas keputusan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi untuk memberikan dua pulau Laut Merah yang tidak dihuni yang pernah dianggap milik Mesir kepada Arab Saudi. Mereka berjanji untuk melancarkan aksi duduk massa hari Senin untuk memperingati hari libur umum patriotik, Hari Pembebasan Sinai.
Pihak berwenang Mesir telah menangkap puluhan aktivis sebelum protes anti-pemerintah yang direncanakan hari Senin, menurut sekelompok pengacara, yang menerbitkan daftar 59 orang tahanan. Penangkapan sejak Kamis, telah melibatkan penggrebekan kafe dan rumah di ibukota Mesir.
Sekalipun demikian tidak ada peninjau yang berpendapat Mesir akan segera terjerumus ke dalam kekacauan yang pernah mengguncang negara itu dan menimbulkan Arab Spring tahun 2011 yang berakibat tergulingnya pemimpin kuat Mesir Hosni Mubarak. Kenyataan bahwa pemrotes siap membangkang terhadap pemerintah dalam jumlah besar walaupun demonstrasi dilarang menunjukkan ketidakpuasan umum yang meningkat terhadap el-Sissi, kata para analis.
Protes itu juga menunjukkan bahwa para penentang el-Sissi – baik liberal maupun Islamis – mulai membuang rasa takut mereka terhadap rezim yang didukung militer. Inilah pandangan aktor Mesir dan pembawa acara televisi Khaled Abol Niaga. “Warga Mesir sekarang telah menaklukkan rasa takut ditangkap oleh seorang lagi diktator,” katanya melalui tweet tanggal 15 April.
Demonstrasi jalanan besar-besaran telah hilang dari jalan-jalan Mesir setelah pasukan keamanan bulan Augustus tahun 2013 menewaskan hampir seribu orang yang sebagian besar demonstran Islamis. Mereka memrotes penggulingan pimpinan Ikhwanul Muslim, Mohammed Morsi yang merupakan Presiden terpilih Mesir pada waktu itu, oleh militer. [gp]