Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjelaskan Detasemen Khusus 88 Antiteror masih memburu tiga anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang masih buron di hutan di Sulawesi Tengah. Hal ini dia sampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di kompleks parlemen, Jakarta, Senin (24/1).
Ketiga DPO MIT yang masih diburu tersebut adalah Suhardin alias Farhan alias Abu Farhan, Pak Guru alias Jakfar alias Askar dan Galuas alias nae alias Muklas.
Dia menambahkan melalui operasi Madago Raya 2021, Detasemen Khusus 88 Antiteror berhasil menewaskan tujuh anggota MIT yang sudah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) selama bertahun-tahun yaitu kelompok Ali Kalora dan kelompok Qatar serta 19 simpatisannya.
Ketujuh anggota MIT yang telah tewas itu adalah Khairul alias Irul alias Aslam, Alvin alias Adam alias Musab alias Alvin Anshori, Ali Ahmad alias Ali Kalora, Abu Alim alias Ambon, Qatar alias Farel alias Anas, Rukli, dan Jaka Ramdhan alias Ikrima alias Rama.
Menurut Listyo, barang bukti yang berhasil disita Detasemen Khusus 88 adalah tujuh senjata api, 722 amunisi, 43 detonator dan tujuh botol bahan peledak.
"Tentunya Polri akan terus melanjutkan penegakan hukum terhadap kelompok MIT yang saat ini masih tersisa tiga orang DPO karena satu orang pada 4 Januari lalu telah berhasil dilakukan penegakan hukum , yaitu Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang," kata Listyo.
Listyo menambahkan jumlah kasus terorisme sepanjang tahun lalu turun 53,8 persen dibanding 2020. Penurunan ini disebabkan oleh kegiatan pencegahan yang dilakukan Detasemen Khusus 88 Antiteror sehingga 370 tersangka teroris berhasil ditangkap sebelum melakukan aksi teror.
Dia mengatakan Polri melakukan pendekatan lunak untuk mencegah munculnya para simpatisan terhadap kelompok teroris dengan kegiatan beragama secara moderat melibatkan pesantren dan tokoh-tokoh agama.
Menurut pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh Aceh, Al-Chaidar, strategi paling efektif untuk menangani terorisme di Indonesia seperti yang dicontohkan Kepala detasemen Khusus 88 pertama Surya Dharma Salim adalah pendekatan ke pihak keluarga teroris.
"Pendekatan keluarga itu sangat esensial karena yang dipikirkan oleh narapidana terorisme ialah keluarganya, anak istrinya, adik abangnya. Itu yang luput dari program BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme)," ujar Al-Chaidar.
Pendekatan itu berupa pemberian bantuan, melakukan pendekatan secara emosional kultural. Bahkan Surya Dharma Salim sudah melakukan kontra wacana.
Al Chaidar mencontohkan kontra wacana tersebut seperti analisis jihad versi teroris dilawan dengan analisis jihad yang benar dan komprehensif.
Al Chaidar menambahkan program BNPT masih berorientasi pada pendekatan lama tentang pendekatan lunak dan keras. Kalau pendekatan baru itu adalah pendekatan multisektor dan ini yang harus dilakukan dalam penanganan terorisme.
Direktur Pencegahan BNPT Ahmad Nuwahid sebelumnya mengatakan anggota, keluarga, dan simpatisan beberapa organisasi teroris di Indonesia berjumlah sekitar 17 ribu orang. Perkiraan ini lebih rendah ketimbang 20 ribuan pada 2019.
Jika dilihat dari kegiatan mereka di dunia maya, menurutnya, para anggota dan simpatisan dari beragam kelompok teror di Indonesia sudah mengkafirkan orang lain yang tidak sependapat dengan mereka. Mereka juga sudah menyatakan dirinya sebagai sosok antipemerintah, pro-khilafah atau anti-Pancasila. [fw/ab]