Departemen Keamanan Dalam Negeri (Department of Homeland Security/DHS) AS mengatakan, Senin (26/4), pihaknya akan menyelidiki potensi ancaman ekstremisme kekerasan domestik dalam jajarannya sendiri.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro Mayorkas tidak mengatakan apa yang mendorong peninjauan di dalam DHS, tetapi merujuk pada serangan 6 Januari di Capitol AS oleh pendukung Presiden Donald Trump waktu itu. Ia mengatakan, itu menyoroti ancaman ekstremis yang bercokol di AS.
Sekelompok pejabat senior DHS "akan segera memulai tinjauan mendalam tentang cara terbaik untuk mencegah, mengenali, dan menanggapi ancaman terkait dengan ekstremisme kekerasan domestik di dalam DHS," kata departemen itu dalam sebuah pernyataan.
Presiden Joe Biden meminta dana untuk menyelidiki setiap keluhan adanya supremasi kulit putih di lembaga penegakan imigrasi di dalam DHS pada proposal anggaran pertamanya yang diumumkan bulan ini.
Militer AS juga dihadapkan pada kekhawatiran atas nasionalisme kulit putih dan bentuk ekstremisme lain setelah anggota yang masih aktif dan mantan dinas militer diketahui ikut serta dalam serangan ke Gedung Capitol.
Mayorkas mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (26/4), ekstremisme kekerasan dalam negeri "menimbulkan ancaman terkait terorisme yang paling mematikan dan terus-menerus terhadap negara kita sekarang". Ia menambahkan, "tindakan kebencian dan ekstremisme kekerasan tidak akan dibiarkan" di dalam DHS.
Ekstremisme domestik merupakan fokus utama investigasi terhadap serangan Capitol, dan anggota kelompok ekstremis sayap kanan, seperti Proud Boys dan Oath Keeper, termasuk di antara mereka yang kini menghadapi dakwaan federal terkait dengan kekerasan itu. [ps/jm]