Tautan-tautan Akses

Deportasi Warga Guatemala dari AS Naik 80% Dibanding 2017


Yeni Gonzalez, tengah, seorang ibu Guatemala yang terpisah dari ketiga anaknya di perbatasan AS-Meksiko tiba untuk dipertemukan dengan anak-anaknya di New York, 3 Juli 2018.
Yeni Gonzalez, tengah, seorang ibu Guatemala yang terpisah dari ketiga anaknya di perbatasan AS-Meksiko tiba untuk dipertemukan dengan anak-anaknya di New York, 3 Juli 2018.

Guatemala mengatakan, Kamis (5/7), jumlah warga Guatemala yang dideportasi dari Amerika naik sebanyak 80 persen tahun ini sebagai akibat kebijakan imigrasi ‘zero tolerance’ Presiden Donald Trump yang kontroversial.

Seperti dilaporkan kantor berita AFP, antara Januari dan Juni tahun ini, tercatat 25.366 yang dideportasi dari Amerika,sedangkan tahun lalu hanya 14,103. Di antara yang dideportasi itu terdapat 243 anak-anak.

Kebijakan ‘zero tolerance’ Trump diberlakukan pada April untuk mencegah orang dari Meksiko dan Amerika Tengah masuk secara ilegal ke Amerika. Kebijakan itu sekarang dibekukan.

Wakil Presiden Amerika Mike Pence pekan lalu bertemu dengan para Presiden Guatemala, Honduras dan El Salvador dan mengatakan kepada ketiganya ‘eksodus mesti berhenti’ mengacu pada jumlah besar warga dari ketiga negara itu yang menempuh perjalanan yang berbahaya untuk masuk ke Amerika.

Presiden Trump menanggapi arus kedatangan manusia itu dengan ‘zero tolerance’ tersebut. Ini termasuk memisahkan anak-anak dari orangtua mereka ketika ditangkap di perbatasan Amerika-Meksiko.

Guatemala mengatakan diperkirakan ada sekitar 1,5 juta warganya yang tinggal di Amerika, tetapi hanya 300 ribu-400 ribu orang saja yang tinggal secara sah.

Kemiskinan dan kekerasan merupakan faktor utama warga Amerika Tengah beremigrasi ke Amerika. Amerika Tengah termasuk salah satu kawasan paling berbahaya di dunia dan digoncang oleh jaringan pengedar narkoba serta gang jalanan yang brutal. [al]

XS
SM
MD
LG