Mantan uskup agung Afrika Selatan Desmond Tutu mengatakan ia tidak diundang untuk menghadiri pemakaman kawan baiknya dan sesama pemenang hadiah Nobel untuk perdamaian, Nelson Mandela.
Dalam sebuah pernyataan Sabtu (14/12), Tutu mengatakan ia amat ingin menghadiri upacara pemakaman itu dan mengatakan ingin menyampaikan sebuah “salam perpisahan akhir” kepada seseorang yang “dicintai dan dihargainya.”
Tetapi, katanya, jika ia datang begitu saja itu tidak menghormati. Ia menambahkan, tidak mungkin ia tidak mau hadir di upacara tersebut seandainya dirinya atau kantornya diberitahu ia boleh hadir.
Tidak diundangnya Desmond Tutu dinilai sebagai sebuah cemoohan terhadap pemimpin agama itu, yang menjadi pengkritik terbuka dari partai Kongres Nasional Afrika yang berkuasa. Tetapi pemerintah membantah bahwa Tutu tidak dihiraukan.
Menteri Pengawasan dan Evaluasi Kinerja Kepresidenan Collins Chabane menanggapi isu itu dalam rapat Sabtu, dengan mengatakan bahwa pemerintah tidak menerbitkan undangan untuk siapapun.
Di masa lalu hubungan Mandela dan Tutu hangat. Mantan presiden Afrika Selatan itu mengangkat Uskup Agung Tutu untuk memimpin Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi pasca rezim apartheid.
Dalam sebuah pernyataan Sabtu (14/12), Tutu mengatakan ia amat ingin menghadiri upacara pemakaman itu dan mengatakan ingin menyampaikan sebuah “salam perpisahan akhir” kepada seseorang yang “dicintai dan dihargainya.”
Tetapi, katanya, jika ia datang begitu saja itu tidak menghormati. Ia menambahkan, tidak mungkin ia tidak mau hadir di upacara tersebut seandainya dirinya atau kantornya diberitahu ia boleh hadir.
Tidak diundangnya Desmond Tutu dinilai sebagai sebuah cemoohan terhadap pemimpin agama itu, yang menjadi pengkritik terbuka dari partai Kongres Nasional Afrika yang berkuasa. Tetapi pemerintah membantah bahwa Tutu tidak dihiraukan.
Menteri Pengawasan dan Evaluasi Kinerja Kepresidenan Collins Chabane menanggapi isu itu dalam rapat Sabtu, dengan mengatakan bahwa pemerintah tidak menerbitkan undangan untuk siapapun.
Di masa lalu hubungan Mandela dan Tutu hangat. Mantan presiden Afrika Selatan itu mengangkat Uskup Agung Tutu untuk memimpin Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi pasca rezim apartheid.