Para anggota parlemen Hong Kong akan mulai memperdebatkan rancangan reformasi pemilu yang dipertentangkan yang didukung Beijing tetapi telah ditolak oleh organisasi-organisasi pro-demokrasi wilayah otonom tersebut.
Ratusan pemrotes dari kedua pihak berkumpul di luar gedung Dewan Legislatif hari Rabu (17/6), dengan para pendukung pemerintah melambaikan bendera China dan para aktivis oposisi mengutuk rencana yang mereka katakan akan menghasilkan “demokrasi palsu.”
Keamanan lebih ketat daripada biasanya di daerah China itu setelah polisi pekan ini menyita simpanan bahan kimia dan menangkap 10 orang, enam dari mereka telah dikenakan tuduhan bersekongkol untuk menimbulkan ledakan.
Para pejabat tidak menyebutkan tentang rencana pemboman yang dituduhkan itu, yang dicurigai beberapa aktivis oposisi usaha untuk mencemarkan gerakan pro-demokrasi yang sebagian besar damai.
Bahkan sebelum penangkapan itu, ada keprihatinan akan kemungkinan kembalinya ketidak stabilan politik yang melumpuhkan beberapa bagian kota itu tahun lalu, ketika puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan untuk menentang rencana reformasi itu.
Para anggota parlemen diperkirakan akan mengadakan pemungutan suara sebelum akhir pekan ini mengenai usul tersebut, tetapi tidak jelas apakah rancangan itu mempunyai cukup dukungan untuk memperoleh mayoritas dua pertiga untuk lolos.
Rancangan tersebut akan mengizinkan penduduk Hong Kong untuk pertama kalinya memilih pemimpin tertinggi mereka, tetapi para calon harus disetujui oleh komisi yang didominasi oleh orang-orang yang setia kepada Beijing.
Jika rancangan tersebut tidak lolos, kepala daerah Hong Kong akan terus dipilih sebagaimana sekarang, yaitu oleh komisi pemilu yang beranggotakan 1.200 orang.