Taliban telah membebaskan dua aktivis Afghanistan di saat PBB dan sejumlah kelompok pemerhati hak asasi manusia meningkatkan kewaspadaan atas meningkatnya penahanan secara sewenang-wenang yang terjadi di negara itu dalam beberapa bulan terakhir.
Taliban, pada Senin (10/4), membebaskan Nargis Sadat, seorang pembela hak-hak kaum perempuan, dan Zakaria Osuli, seorang dosen dan penulis, setelah menahan keduanya secara terpisah selama lebih dari dua bulan.
Taliban tidak memberi keterangan lebih rinci soal latar belakang di balik penahanan atau pembebasan itu.
Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA), pada Senin mencuit di Twitter, menyambut pembebasan kedua aktivis itu, dan sekaligus menyampaikan kekhawatiran atas penahanan sewenang-wenang aktivis-aktivis Afghanistan.
“Kami terus terlibat dengan otoritas de facto dalam berbagai kasus, tetapi kecewa dengan kurangnya informasi yang diberikan, meskipun terus menerus menyampaikan permintaan. Kami menyerukan pembebasan segera semua orang yang ditahan secara sewenang-wenang. Tidak ada orang Afghanistan yang boleh ditahan karena menjalankan kebebasan berekspresi mereka,” cuit UNAMA.
Amnesty International pada bulan Maret lalu melaporkan Taliban telah menarget para pengecam dan melakukan “penahanan yang melanggar hukum.” Mereka mengatakan dalam banyak kasus, para tahanan “tidak memiliki upaya hukum atau akses pada keluarga mereka.”
“Amnesty International menyerukan kepada Dewan HAM PBB untuk membentuk mekanisme investigasi independen di Afghanistan sedini mungkin, dengan memusatkan perhatian pada pelestarian bukti-bukti untuk mengejar keadilan internasional,” demikian petikan pernyataan Amnesty Internasional.
Taliban pada 27 Maret lalu menangkap Matiullah Wesa, aktivis yang mengampanyekan hak pendidikan bagi anak perempuan dan pendiri PenPath, sebuah jaringan komunitas yang mengkampanyekan pendidikan di Afghanistan. Taliban mengatakan Wesa ditangkap di Kabul atas apa yang mereka sebut sebagai “kegiatan mencurigakan.”
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan kepada VOA bahwa Wesa “mengadakan pertemuan rahasia dan terbuka, tanpa memberitahu pemerintah Taliban. Ia juga membuat koneksi di luar negeri dan mendapatkan instruksi dari luar negeri. Oleh karena itu ia harus dimintai keterangan dan diinterogasi.”
Abang Wesa, Attaullah Wesa, yang bersembunyi ketika adiknya ditangkap, menyangkal klaim Taliban itu. “Kegiatan kami, foto dan video kegiatan PenPath dan tim kami dapat dilihat semua orang. Rapat dengan komunitas internasional, orang-orang dan pihak berwenang bukan sesuatu yang rahasia,” ujarnya pada VOA.
Human Rights Watch telah menyerukan pembebasan Wesa dan sejumlah aktivis lain yang berada di penjara Taliban. LSM terkemuka itu melaporkan dalam beberapa bulan terakhir Taliban telah meningkatkan penangkapan para pembangkang. [em/jm]
Forum