Dua warga negara Inggris keturunan Iran yang dipenjara di Teheran tiba di Inggris pada Kamis (17/3).
Nazanin Zaghari-Ratcliffe bertemu dengan suaminya Richard Ratcliffe dan putri mereka yang berusia tujuh tahun, Gabriella, di Pangkalan Angkatan Udara Brize Norton di barat London pada Kamis (17/3) dini hari. Ini adalah pertemuan pertama bagi keluarga tersebut dalam enam tahun.
Dalam penerbangan yang sama, terdapat pula pengusaha Inggris keturunan Iran berusia 67 tahun, Anoosheh Ashoori, yang dipenjara pada tahun 2017 dengan tuduhan spionase.
Sejumlah rincian muncul dalam perundingan, tetapi London mengukuhkan bahwa mereka telah melunasi hutang lama pada Teheran sebelum pembebasan kedua sandera itu. Para kritikus mengatakan Iran semakin aktif dengan “diplomasi sandera” dalam hubungannya dengan Barat.
Zaghari-Ratcliffe ditahan pada 2016 ketika berlibur ke Teheran untuk menjenguk keluarganya dan dijatuhi hukum karena dituduh berencana menggulingkan pemerintah. Ia berulangkali ditahan di sel isolasi.
Hal senada terjadi pada Anoosheh Ashoori yang ditahan ketika mengunjungi ibunya di Teheran pada Agustus 2017 dan dipenjara dengan tuduhan spionase. Keluarganya mengatakan ia telah disiksa.
Diplomasi Sandera
Baik Zaghari-Ratcliffe dan Ashoori secara konsisten membantah tuduhan tersebut dan yakin bahwa mereka adalah korban “diplomasi sandera” Iran.
Perundingan antara London dan Teheran untuk membebaskan keduanya telah berlangsung selama beberapa bulan. Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss menyampaikan beberapa rincian ketika berbicara dengan wartawan di Pangkalan Angkatan Udara Brize Norton pada Kamis (17/3).
“Saya berterima kasih kepada keluarga atas ketabahan mereka selama masa yang sangat sulit ini,” ujar Truss. “Kami berbicara tentang proses yang telah kami lalui, bagian terakhir yang sulit untuk memastikan bahwa mereka dapat meninggalkan Iran. Tetapi sungguh luar biasa dapat menyambut mereka kembali dengan selamat dan sehat di Inggris,” tambahnya.
Inggris menegaskan bahwa dalam beberapa hari terakhir ini telah membayar utang sebesar $530 juta kepada Iran untuk pemesanan tank dan senjata lain yang tidak terpenuhi selama lebih dari 40 tahun.
Pemesanan itu dilakukan pada tahun 1970an oleh pemimpin Iran ketika itu, Shah Mohammad Reza Pahlevi. Ketika ia digulingkan dalam Revolusi Islam tahun 1979, Inggris menolak mengirimkan tank atau membayar kembali uang yang telah dibayarkan. Pemerintah Inggris ketika itu menyampaikan kekhawatiran atas pelanggaran HAM, dugaan dukungan bagi terorisme dan milisi proksi di kawasan itu, serta sanksi-sanksi global terhadap Iran.
Inggris mengatakan telah menerima jaminan bahwa utang yang dilunasi itu hanya akan digunakan untuk tujuan kemanusiaan.
Baik Inggris maupun Iran sama-sama membantah bahwa pembebasan sandera yang terjadi pada Rabu (16/3) itu terkait dengan utang tersebut.
Analis Allan Hassaniyan di Universitas Exeter mengatakan bagaimana pun juga Iran akan melihat hal ini sebagai kemenangan. “Yang paling penting bagi Iran adalah semacam kemenangan, karena mereka dapat – melalui cara dan mekanisme yang tidak tradisional – memeras dan memeras masyarakat internasional.”
Banyak warga dengan dua kewarganegaraan lainnya yang masih ditahan di Iran, termasuk warga negara Amerika, Australia, Kanada dan negara-negara lainya di Eropa. [em/lt]