Istri seorang dokter Swedia keturunan Iran yang dihukum mati di Iran karena dugaan spionase mengatakan pejabat-pejabat senior Iran telah menangguhkan pemindahan suaminya ke penjara di mana ia dapat dieksekusi dalam waktu dekat.
Penangguhan itu menyusul permohonan masyarakat internasional untuk menyelamatkannya.
Berbicara kepada VOA, Rabu (2/12), dari kediamannya di Swedia, Vida Mehran Nia, mengutip pengacaranya yang berkantor di Iran, Haleh Mousavian, yang mengatakan pejabat-pejabat senior Iran telah menangguhkan perintah hakim untuk memindahkan suaminya, Ahmad Reza Jalali, dari penjara Evin di Teheran ke penjara Rajaei Shahr di Karaj pada 1 Desember, pukul 17.00.
Identitas pejabat-pejabat yang konon membatalkan penangguhan penjara itu tidak diketahui dan VOA tidak dapat memverifikasi hal ini secara independen karena tidak dapat melaporkan dari dalam Iran.
Mehran Nia mengatakan pengacaranya mengatakan kepadanya bahwa pemilihan Jalali ke Rajaei Shahr akan ditangguhkan selama beberapa hari.
Dalam wawancara sebelumnya dengan VOA, Mehran Nia, mengatakan ia memperkirakan pemindahan Jalali akan berlangsung hari itu dan khawatir dengan eksekusi yang mungkin segera dilakukan, didasarkan pada perkembangan yang diterima dari pengacaranya.
Ia juga mengatakan kontak langsung terakhirnya dengan Jalali adalah pembicaraan telepon pada 24 November. Saat itu Jalali memberitahu bahwa ia akan dipindahkan ke Rajaei Shahr.
Iran menahan Jalali, peneliti kedokteran bencana yang pindah ke Swedia, pada April 2016, ketika ia kembali ke Teheran untuk mengikuti konferensi ilmiah atas undangan Universitas Teheran. Pihak berwenang menuduhnya telah berkolaborasi dengan pemerintah asing yang jahat dan menjatuhkan hukuman mati pada Oktober 2017.
Dua bulan kemudian stasiun televisi pemerintah Iran menayangkan video yang menunjukkan Jalali mengaku telah memberikan informasi pada badan mata-mata Israel, Mossad, tentang militer dan ilmuwan nuklir Iran, dua di antaranya dibunuh pada 2010. Iran menilai Israel sebagai musuh bebuyutannya.
Namun, dalam sebuah rekaman suara yang dibuat Jalali di penjara dan kemudian dipasang di YouTube, ia mengatakan bahwa tim pemeriksanya memaksanya membuat pengakuan itu.
Swedia memberinya kewarganegaraan pada Februari 2018 untuk membujuk Iran supaya meringankan hukuman matinya dan membebaskan Jalali.
Setelah Mehran Nia pekan lalu melaporkan bahwa Jalali telah diberi pemberitahuan tentang kemungkinan eksekusi dalam waktu satu minggu, mengalir permohonan di media sosial agar pemerintah Iran mengampuni Jalali. Permohonan yang sama juga disampaikan para pejabat Eropa bersama para aktivis HAM di Iran dan sejumlah negara lain, juga para akademisi yang selama ini bekerja dengan Jalali di berbagai universitas di Swedia, Belgia dan Italia.
Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde lewat Twitter mengatakan ia telah berbicara dengan mitranya, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dan sedang berupaya memastikan agar Jalali tidak dihukum mati. Ia juga menggarisbawahi tentangan Swedia terhadap pemberlakuan hukuman mati. [em/pp]