Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat sering mengalami pasang surut. Namun, bukan berarti kedua negara harus selalu menengok pada berbagai masalah di masa lalu. Sebab saat ini Indonesia termasuk negara yang cukup diperhitungkan di dunia. Demikian yang disampaikan Dino Patti Djalal di Istana Negara pada hari Selasa, usai dilantik menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.
“Untuk menjaga keunggulan bangsa kita di abad ke-21, kita harus punya hubungan konstruktif dengan negara-negara besar, termasuk dengan Amerika Serikat. Ini akan saya jaga, bagaimana menjaga hubungan dengan AS dengan kesetaraan dan tidak selalu dirundung trauma masa lalu, yang penting mengutamakan kepentingan nasional dan bermanfaat bagi rakyat kita,” kata Dino Patti Djalal.
Ia menambahkan, untuk jangka pendek ia akan fokus pada pengembangkan kerjasama pendidikan dan kewirausahaan.
“Prioritasnya adalah pendidikan. Jumlah mahasiswa Indonesia sekarang menurun sampai 7000, padahal resource-nya makin banyak, jumlah mahasiswa China dan India juga makin banyak, itu saya akan kejar, pendidikan, dan iptek, juga entrepreneurship. Ini saya yakin untuk melepaskan ledakan kreatif di Indonesia adalah kewirausahaan,” jelas Dino Djalal.
Saat ini terdapat 200.000 wirausahawan, dan Indonesia berencana untuk meningkatkan jumlahnya pada tahun-tahun ke depan. Sedangkan dalam bidang pertahanan, normalisasi hubungan militer oleh Amerika disambut baik, terutama untuk Kopassus.
“(Hubungan) Kopassus sudah mulai berjalan, itu hambatan kita terakhir setelah perbaikan hubungan militer sejak 2005." Tambah Dino, normalisasi hubungan dengan Kopassus akan berjalan secara bertahap.
Ketua Komisi I DPR, yang membidangi pertahanan dan kerjasama luar negeri, Kemal Stamboel, menilai Dino Djalal sebagai diplomat karier yang berpengalaman.
“Sebagai juru bicara presiden, tentunya Dino punya pengalaman berinteraksi dengan pimpinan negara lain, termasuk Amerika juga,” kata Kemal.
Di samping masalah ekonomi dan pertahanan, Kemal Stamboel berharap Amerika Serikat meningkatkan pemahaman yang lebih baik mengenai Islam di Indonesia.
“Kalau AS ingin mengenal Indonesia dalam konteks Muslimnya, maka lihatlah Indonesia sebagaimana adanya, jangan ada referensi-referensi tentang kebudayaan lain, yang juga kebetulan Muslim, disama-samakan dengan kita,” jelas Kemal.
Politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan, sejarah Islam di Indonesia berbeda dengan di Pakistan, Afghanistan ataupun Irak. Oleh karena itu, ia berharap Amerika tidak melakukan politik yang seragam.
“Menurut pendapat saya, kalau ada sebuah kejadian yang berkaitan dengan kelompok Muslim, janganlah terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa ini adalah konektivitas sebuah jaringan yang dibawa dari luar Indoensia, misalnya pada terorisme atau pandangan-pandangan lain,” ujar Kemal lagi.
Menurut rencana, Dino Patti Djalal akan segera menempati pos barunya di Washington pada bulan September mendatang.