Tiongkok melancarkan kegiatan diplomatik mendadak hari Sabtu untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea setelah serangan artileri Korea Utara atas sebuah Pulau di Korea Selatan. Kegiatan diplomatik itu terjadi ketika Amerika dan Korea Selatan bersiap menyelenggarakan latihan perang.
Kedua negara dijadwalkan memulai latihan perang yang telah direncanakan sejak lama hari Minggu, kurang dari seminggu setelah Korea Utara membom Pulau Yeongpyeong di Korea Selatan, menewaskan dua tentara dan dua warga sipil.
Media resmi Korea Utara mengecam latihan itu, seraya mengingatkan bahwa kedua Korea itu berada di ambang perang.
Tiongkok hari Sabtu mengirim dua pejabat tinggi ke Seoul untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Korea Selatan dalam upaya untuk menciptakan ketenangan. Menteri Luar Negeri Tiongkok Yang Jiechi juga menelepon rekannya, menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov untuk berkonsultasi.
Sementara itu, Korea Utara menuduh Korea Selatan menggunakan warga sipil sebagai perisai di sebuah pulau yang diserang Korea Utara pekan ini. Kantor berita Pusat resmi Korea Utara mengatakan, kalau ada warga sipil yang tewas, itu sangat disesalkan, tetapi Korea Selatan harus disalahkan mengenai hal itu.
Jazirah Korea telah dalam keadaan siaga tinggi sejak Korea Utara melakukan tembakan artileri terhadap pulau Korea Selatan Yeonpyeong hari Selasa, menewaskan dua marinir Korea Selatan dan dua warga sipil.
Pemakaman bagi marinir yang tewas itu diadakan hari Sabtu di sebuah rumah sakit militer dekat Seoul. Upacara itu dihadiri oleh ratusan pejabat tinggi, jenderal, tokoh agama dan penduduk sipil.
Pemakaman bagi marinir yang tewas itu diadakan hari Sabtu di sebuah rumah sakit militer dekat Seoul. Upacara itu dihadiri oleh ratusan pejabat tinggi, jenderal, tokoh agama dan penduduk sipil. Dalam pidatonya di pemakaman itu, Komandan Marinir Letnan Jenderal Yoo Nak-Joon bertekad akan melakukan pembalasan "seribu kali lipat." Pernyataan Jenderal Korea Selatan itu disiarkan secara nasional.