Dr. Fiera Lovita yang diintimidasi sejumlah anggota Front Pembela Islam FPI dan kelompok-kelompok lain di Solok, Sumatera Barat, karena mengunggah pernyataan bernada miring terhadap pemimpin FPI Rizieq Shihab di akun media sosialnya, Senin malam (29/5) diamankan ke Jakarta. Dibantu tim dokter yang tergabung dalam "Dokter Bhinneka" dan dikawal tim Gerakan Pemuda Ansor, Fiera dan keluarga terbang ke Jakarta.
Diwawancarai VOA melalui telfon Senin malam, Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Yaqut C. Qoumas mengatakan pengamanan ini dilakukan demi keselamatan Fiera dan keluarganya, yang masih kerap mendapat ancaman dan teror meskipun polisi dan gubernur telah memberi jaminan bahwa kasus ini sudah selesai. "Para dokter ini yang kemudian menghubungi kami untuk mengatur pengawalan dr. Fiera dan keluarga agar aman sampai Jakarta," ujar Yaqut.
Jaminan Polisi & Gubernur Tidak Membuahkan Hasil
Sebelumnya Kadivhumas Polri Inspektur Jendral Setyo Wasisto di Jakarta mengatakan persoalan ini sudah selesai. "Setelah Fiera Lovita menyatakan dengan tulus minta maaf dan selesai, tidak ada lagi intimidasi ke rumahnya," ujar Setyo Wasisto hari Minggu (28/5), yang menjelaskan bahwa persoalan dinilai selesai setelah semua pihak terkait diundang ke Polsek Solok. Ditambahkannya, pihaknya telah mendapat laporan langsung dari Kapolda Sumatera Barat Brigadir Jendral Fakhrizal.
Jaminan serupa juga disampaikan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno yang menulis di akun Twitter-nya pada 27 Mei lalu, "Dokter FL aman, tidak diintimidasi oleh siapa pun. Saya dan Polda jamin itu. Semua pihak saling memaafkan. Ini ranah Minang yang utamakan musyawarah."
FPI DPD Sumatera Barat juga membantah melakukan intimidasi terhadap dokter ahli hemodialisa di RSUD Solok itu. Ketua DPD FPI Sumatera Barat Muhammad Busra mengatakan pihaknya hanya meminta klarifikasi dan memberi nasehat. “Kami tidak melakukan intimidasi apapun. Jika ada, tolong buktikan kapan dan dimana itu terjadi. Saya pastikan tidak ada bentuk intimidasi apapun,” ujar Busra pada wartawan hari Sabtu (27/5). "Kita bisa saja membawa persoalan ini ke ranah hukum karena kita juga punya tim advokasi. Tapi itu tidak kita lakukan. Dengan yang bersangkutan minta maaf itu sudah cukup," tambahnya.
Namun demikian intimidasi masih berlanjut dan demi keselamatan kedua anaknya hari Senin Fiera memutuskan keluar dari Solok. "Ini pilihan berat tapi semoga ini yang terbaik," ujar Fiera sebagaimana disampaikannya pada tim dokter yang membantu pengamanannya Senin malam.
Tulis Status Facebook Mengkritisi Rizieq Shihab, Fiera Lovita Diintimidasi
Sebagaimana yang telah diberitakan banyak media, Fiera Lovita, seorang dokter berusia 40 tahun yang bekerja di RSUD Solok Sumatera Barat, diintimidasi sejumlah anggota FPI dan ormas-ormas lain setelah mengkritisi pemimpin FPI Rizieq Shihab lewat akun Facebook pada 19 Mei lalu. "Kalau tidak salah, kenapa kabur? Toh ada 300 pengacara dan 7 juta umat yang siap mendampingimu, jgn run away lg dunk bib," tulis Fiera.
Kicauan Fiera ini di-screen-capture dan disebarluaskan dengan komentar-komentar tidak senonoh, yang berujung dengan kedatangan sejumlah anggota FPI dan ormas-ormas lain ke rumah, rumah sakit tempatnya bekerja dan sekolah kedua anaknya.
Fiera Lovita tidak sendiri. Ada pula Indrie Sorayya, perempuan pengusaha berusia 31 tahun di Tangerang, Banten, yang juga didatangi puluhan anggota FPI pada 21 Mei, yang memprotes tulisannya di Facebook yang dinilai melecehkan Rizieq Shihab.
AJI Kecam Keras Intimidasi FPI terhadap Pengguna Media Sosial
Aliansi Jurnalis Independen AJI lewat pernyataan tertulis hari Senin mengecam keras segala bentuk intimidasi, kekerasan dan pengekangan kebebasan berekspresi yang belakangan dilakukan FPI. "Memaksa meminta maaf di bawah ancaman pidana adalah tindakan teror yang tak boleh dibiarkan," demikan petikan pernyataan AJI yang ditandatangani ketuanya Suwarjono. AJI mengutip penelusuran yang dilakukan SAFEnet, jejaring pendukung kebebasan bereskpresi di Asia Tenggara, yang menemukan setidaknya 48 individu di seluruh Indonesia yang kini terancam diburu, diteror dan dibungkam dengan pola-pola kekerasan semacam ini.
Lebih jauh AJI mengatakan tindakan main hakim sendiri yang dilakukan FPI telah mengancam jaminan perlindungan HAM sebagaimana diatur Pasal 28 (E) Tahun 1945. Sementara intimidasi dan teror terhadap pengguna media sosial bertentangan dengan UU No.12 Tahun 2005 yang merupakan ratifikasi International Covenant on Civil and Political Rights atau Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (Konvenan Sipol). Beleid itu mewajibkan negara untuk menjamin hak sipil dan hak politik setiap warga negaranya.
GP Ansor Siap Pasang Badan
Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Yaqut C. Qoumas ketika diwawancarai VOA juga menyesalkan sikap bungkam kelompok mayoritas melihat meluasnya intimidasi semacam ini. "Itu yang seringkali menggelisahkan kami. Sudah saatnya yang mayoritas ini bersuara! Yang waras nggak boleh lagi mengalah. Cukup kita kasih hati mereka, dengan diam selama ini. Saat ini saya rasa hanya ada satu yang kita butuhkan yaitu keberanian," tegas Yaqut. Ditambahkannya, hal ini yang membuat organisasi massa pimpinannya bersedia mengawal pengamanan Feria Lovita sekeluarga ke Jakarta.
Ditanya apakah Gerakan Pemuda Ansor yang dipimpinnya siap dikecam atau menghadapi tindakan lain dari organisasi massa yang melakukan intimidasi ini, Yaqut C. Qoumas menjawab singkat "untuk hidup dan kehidupan yang lebih baik di negeri ini, resiko apapun siap kami ambil." [em]