Setelah sejumlah pejabat Amerika, Senin lalu (10/4) bereaksi keras terhadap dokumen sangat rahasia yang bocor yang diduga akan menimbulkan “risiko keamanan serius,” hari Selasa (11/4) giliran dunia yang bereaksi.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan dokumen Pentagon yang dipasang di beberapa media sosial itu “menarik” tetapi tidak akan mengomentarinya lebih jauh.
“Saya tidak dapat mengomentari (soal dokumen rahasia AS yang bocor), tapi kami melihat hal ini cukup menarik, dan sedang mempelajari, menganalisa dan membahas hal ini secara luas. Fakta bahwa Amerika telah sejak lama memata-matai sejumlah kepala negara, khususnya di beberapa ibu kota Eropa, telah berulangkali muncul,” jelasnya.
Pejabat senior Korea Selatan menanggapi dengan dingin dokumen-dokumen yang bocor itu. Wakil Penasehat Keamanan Nasional Kim Tae-hyo mengatakan telah mengkaji dokumen itu secara internal dan menilai sebagian besar dokumen itu telah direkayasa.
“Menteri Pertahanan Amerika dan Korea Selatan telah berbicara melalui telepon pagi ini, dan sepakat bahwa mereka memiliki pandangan yang sama. Banyak informasi yang diungkap (dalam dokumen yang bocor itu.red) adalah rekayasa, dan kajian atas informasi ini konsisten. Mengingat ini adalah isu domestik Amerika, pihak Kementerian Kehakiman yang akan melancarkan penyelidikan, dan ini butuh waktu,” jelasnya.
Pentagon: Ada “Risiko Sangat Serius”
Juru bicara Pentagon, Senin (10/4) mengatakan bocornya sejumlah dokumen sangat rahasia tentang perang di Ukraina menimbulkan risiko “sangat serius” terhadap keamanan nasional Amerika. Dokumen itu mencakup informasi sensitif tentang perang Rusia di Ukraina, serta tentang beberapa sekutu Amerika.
Asisten Menteri Pertahanan Untuk Urusan Publik, Chris Meagher, mengatakan kepada wartawan, materi yang telah beredar di berbagai situs media sosial itu “berpotensi menyebarluaskan disinformasi.” Ditambahkannya, “kami masih menyelidiki bagaimana hal ini dapat terjadi, serta ruang lingkup dampaknya. Ada langkah-langkah untuk mengkaji lebih seksama bagaimana jenis informasi ini didistribusikan dan kepada siapa saja.”
Dokumen Sangat Rahasia Beredar di Sosmed Sejak Februari
Menteri Pertahanan Amerika Llyod Austin telah diberi informasi tentang kebocoran dokumen ini pada tanggal 6 April ketika surat kabar New York Times memberitakan hal tersebut.
Dokumen sangat rahasia ini pertama kali muncul di media sosial Discord pada akhir Februari, dan kemudian menyebar ke berbagai situs media sosial lainnya, termasuk Telegram dan Twitter. Namun hal ini tidak menarik banyak perhatian hingga saat New York Times memberitakan hal itu minggu lalu.
NSC Belum Tahu Banyak
Di Gedung Putih, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang kebocoran dokumen itu.
“Kami tidak tahu siapa di balik bocornya dokumen-dokumen ini. Kami tidak tahu motifnya. Dan kami tidak lagi berapa banyak lagi dokumen yang ada di luar sana,” ujarnya.
Kirby menambahkan bahwa Presiden Joe Biden telah diberi informasi tentang masalah tersebut akhir pekan lalu, dan terus menjalin kontak dekat dengan para pejabat keamanan nasional.
Deplu Sudah Hubungi Sekutu
Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel mengatakan pejabat-pejabat Amerika telah menghubungi sekutu mereka terkait bocornya dokumen sangat rahasia itu, “termasuk memastikan komitmen kami untuk menjaga informasi intelijen.”
Departemen Pertahanan memimpin penyelidikan antar-departemen untuk menyelidiki insiden bocornya dokumen sangat rahasia ini, sementara Departemen Kehakiman telah memulai penyelidikan pidana.
Kebanyakan dokumen yang bocor itu terkait perang di Ukraina dan sejumlah informasi sensitif tentang kapabilitas tempur negara itu. Namun dokumen itu juga memuat informasi tentang sekutu-sekutu Amerika, termasuk Israel, Turki dan Korea Selatan. [em/jm]
Forum