Donald Trump, kontestan terkuat calon presiden dari Partai Republik Amerika, tidak memenangkan banyak teman dengan negara-negara sekutu Amerika di Asia setelah mengecam sumbangan mereka kepada keamanan kawasan dan menyarankan agar mereka mengembangkan senjata nuklir mereka sendiri.
Dalam wawancara dengan harian New York Times, calon terkuat capres dari partai Republik itu menghendaki penilaian kembali secara tuntas perjanjian keamanan sejak lama Amerika dengan Jepang dan Korea Selatan.
Trump selama ini mengecam kedua sekutu Amerika itu sebagai “penumpang gratis” karena membayar sangat sedikit kepada Washington untuk kehadiran 50 ribu tentara Amerika di Jepang dan 28.500 di Korea Selatan guna memelihara perdamaian dan keamanan.
Dengan mengatakan Amerika “tidak mampu menanggung milyaran dolar” untuk mendukung perdamaian dan keamanan di kawasan itu. Trump memberitahu surat kabar tersebut, kalau terpilih presiden ia juga akan mempertimbangkan penarikan pasukan kalau Tokyo dan Seoul tidak bersedia meningkatkan pembayaran keamanan kepada Washington.
Trump mengatakan ia terbuka pada gagasan mengizinkan Jepang dan Korea Selatan membuat senjata nuklir untuk mempertahankan diri mereka terhadap kemungkinan ancaman nuklir dari Korea Utara dan China.
Sikap Trump itu telah mendatangkan kecaman keras dari para pejabat dan analis yang mengatakan perubahan radikal demikian akan sangat merongrong kredibilitas dan persekutuan Amerika di kawasan itu, dan kemungkinan akan menimbulkan perlombaan senjata nuklir di Asia dan akan menghentikan tekanan terhadap Korea Utara agar mengakhiri pembuatan senjata nuklirnya. [gp]
