Setiap tahun para pemuda dari negara-negara G20 bertemu dalam “G20 Youth” atau Y20 untuk merumuskan saran generasi muda mengenai isu-isu yang dihadapi para pemimpin G20 dan diharapkan membantu para pemimpin negara menentukan kebijakan-kebijakan mereka di masa yang akan datang.
Puteri A. Komarudin salah seorang dari tiga anggota delegasi Indonesia adalah politisi muda Indonesia dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Partai Golkar.
Puteri adalah wakil dapil ke-7 Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Purwakarta. Ia kerap turun menemui konstituen atau warga yang diwakilinya untuk mendapat masukan. Puteri adalah salah seorang anggota Komisi XI DPR, yang membawahi bidang perbankan, keuangan dan bidang rencana pembangunan.
Y20 menjadi kesempatan menyalurkan inspirasi bagi Putri.
“Kesempatan yang sangat baik untuk menyuarakan kepentingan pemuda-pemudi Indonesia di forum Internasional, apalagi karena pekerjaan sehari-hari sebagai wakil rakyat adalah menyerap aspirasi,” ujarnya.
Perempuan lainnya yang mewakili Indonesia adalah Caroline “Dea '' Tasirin. Dea adalah dosen di Universitas Sam Ratulangi, Manado. Ia memperoleh gelar Master of Forest Science dari Yale School of the Environment. Ia berpengalaman dalam konservasi, keterlibatan masyarakat, dan pendidikan lingkungan. Ia juga aktif berbagi pengetahuan bersama masyarakat adat yang tinggal di sekitar hutan.
Tahun ini Y20 memberinya kesempatan untuk mengarahkan perhatian para pemimpin dunia pada masalah lingkungan di Indonesia.
“Pertama untuk meningkatkan kesadaran internasional, ini loh yang sekarang terjadi di Indonesia banyak sekali sumber daya atau produk-produk di luar negeri yang sumber daya mentahnya itu diambil dari Indonesia. Dan ini terjadi pada sumber daya yang diambil, pada negara asal dari sumber daya yang digunakan," ungkap Dea.
Meskipun setiap negara memiliki ekosistem yang berbeda, Dea mengatakan bahwa mencari persamaan di antara negara anggota akan mempermudah penentuan kebijakan lingkungan para pemimpin G20 secara kolektif.
Enam puluh pemuda dari negara anggota G20 tahun ini akan memusatkan perhatian pada pilar bagi langkah-langkah pemimpin, yaitu Rakyat, Bumi dan Kemakmuran. Para delegasi juga diminta untuk memilih jalur-jalur yang ingin dibahas nantinya dalam pertemuan dengan wakil-wakil negara lain.
“Jadi ada jalur inklusi, jalur pekerjaan di masa mendatang, dan jalur kesinambungan dan lingkungan yang sekarang diisi oleh Dea dan saya di inklusi , sementara Angelo (wakil Indonesia lainnya) pada jalur pekerjaan di masa mendatang,” tambah Puteri.
Salah satu topik inklusi yang diusulkan Puteri adalah inklusi digital bagi pendidikan di daerah pedalaman yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan para pendidik dalam pembelajaran digital yang setara.
Pada jalur kesinambungan, lingkungan, perubahan iklim dan energi, Dea menekankan pentingnya tahap-tahap awal pemanfaatan sumber daya. “Bukan hanya pada tahap pengambilan saja tapi sepanjang alur produksi, distribusi sampai penggunaan itu kita terapkan langkah-langkah yang bertanggung jawab pada lingkungan," tukasnya.
Sebagai perempuan, Puteri dan Dea juga membawa isu perempuan di ajang global ini, seperti peningkatan fasilitas layanan untuk perempuan dan perawatan serta pemenuhan hak-hak reproduksinya yang bisa menutup kesenjangan layanan antara perkotaan dan pedesaan.
Di tengah berlanjutnya pandemi, pertemuan yang dijadwalkan 18- 23 Juli di Italia kemungkinan pelaksanaan dialihkan menjadi pertemuan hibrid, langsung dan virtual. Namun para peserta tetap antusias menanti perundingan dengan mitra-mitranya dari anggota G20 lainnya.
G20 adalah kelompok negara yang terdiri dari Uni Eropa dan 19 negara lainnya yaitu Argentina, Australia, Brazil, Canada, Tiongkok, Jerman, Perancis, India, Indonesia, Italia, Jepang, Mexico, Federasi Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris dan AS. [my/em]