Dengan menggunakan pisau, dua orang warga Palestina hari Senin (10/11) melakukan serangan di Israel, menewaskan seorang perempuan muda, dan seorang tentara dalam kondisi kritis akibat luka-lukanya. Itu adalah aksi kekerasan terbaru terkait ketegangan mengenai tempat suci di Yerusalem bagi Muslim dan Yahudi.
Penusukan itu menuai reaksi marah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia mengatakan, demonstran Arab yang berniat melakukan kekerasan terhadap orang Israel harus pindah ke daerah-daerah kantong warga Palestina di Tepi Barat atau Jalur Gaza. Netanyahu menyatakan, "Percayalah, kami tidak akan menyulitkan langkah Anda."
Seorang penyerang Palestina melompat keluar dari mobil di luar halte bus di permukiman di Tepi Barat dan menikam tiga orang, menewaskan seorang perempuan Israel dan melukai dua lainnya.
Seorang penjaga keamanan menembak tewas penyerang itu. Sebelumnya hari Senin, seorang remaja Palestina menikam seorang prajurit muda Israel di luar stasiun kereta di Tel Aviv. Pihak berwenang menangkap penyerang itu tidak lama kemudian dan menggambarkan insiden tersebut sebagai "serangan teror."
Kekerasan di Israel meningkat dalam beberapa hari ini karena ketegangan terkait akses ke Masjid Al Aqsa, yang merupakan tempat suci ketiga umat Islam setelah dua masjid lain di Arab Saudi. Orang Israel menganggap di tempat itu dulu berdiri tempat ibadah bagi orang Yahudi.
Netanyahu mengatakan ia tidak berencana mengubah aturan beribadah di lokasi itu. Tetapi serangan orang Palestina terhadap warga Israel meningkat dalam beberapa hari ini.
Protes dengan melempar batu meletus di beberapa kota Arab setelah polisi membunuh seorang pemuda Arab yang menyerang mereka.
Pemimpin Israel itu hari Minggu mengatakan ia tidak akan menolerir bendera Hamas atau Negara Islam berkibar di kota-kota Israel. Baginya, itu berarti demonstran menyerukan penghancuran Israel. Ia menyampaikan kemungkinan mencabut kewarganegaraan Israel bagi demonstran yang melakukan hal itu.